Conspectus of Annual Journey

pexels-photo-269923

Year 2010,

lets deem as zero state, titik awal pola pikir. Masih sangat dangkal, paska lulus SMA. Bahagia bisa diterima di STEI ITB. Belum ada plan. Belum ada goal. Just want to live happily ever after as a student.

Year 2011,

baru masuk jurusan, milih elektro karena himpunannya keren (petir ganesha), terus biar belajarnya juga ga monoton ngoding-ngoding aja kayak di IF, at least ada solder-solderan. Sama katanya gaji lulusan elektro tinggi. So dangkal. Tapi di tahun ini juga mulai ikut mentoring dan halaqah. Bertemu banyak temen sholeh, anak masjid. Di sisi lain juga bertemu dengan banyak temen gaul, anak himpunan dan anak kabinet. Alhamdulillah fondasinya dibangun di halaqah masjid, tapi pergaulan tetap liberal di kampus. Pola pikir terkait agama mulai shifting, yaitu wajib di bangun. Titik start saya mulai mendalami lebih dalam tentang islam, tidak hanya yang dasar dan fundamental saja, tapi juga cabang-cabangnya.

Year 2012,

puncak dari memegang amanah terbesar selama di Kampus, menjadi ketua Pemira ITB 2013, memimpin 200an orang panitia, dengan 6 orang hebat sebagai core kepala bidang dan sekjen di ring 1 di samping saya, untuk memimpin sekitar 15an divisi di ring 2. Membuat rekor 8953 voters dari ~12000 mahasiswa ITB, atau ~75% suara masuk. Tapi membuat rekor juga mendiskualifikasi kedua calon presiden karena kasus black campaign lol. Puncak pembelajaran politik selama di kampus. Benar-benar katanya ITB miniatur Indonesia. Banyak ranah abu-abu di politik, banyak kepentingan dan belajar untuk tetap bold dalam mengambil keputusan. Selalu istikharah, karena kita tidak tau apakah itu baik atau tidak di sisi Allah. Pola pikir politik mulai terbangun dan mulai sedikit mengerti peran penguasa (power) terhadap keberjalanan kampus 1 tahun kedepan. Pemikiran dan pola pikir masih idealis. Saya mahasiswa. Dan saya ingin berkontribusi untuk perubahan.

Di tahun ini juga pertama kali cap visa saya tertempel di passport, pertama kali menginjakan kaki di negara di luar Indonesia, yaitu Jepang. Saat ini pola pikir masih sangat dangkal, intinya ingin ke luar negeri dengan beasiswa. Selama 2 minggu Alhamdulillah saya mengikuti summer program, bertemu dengan mahasiswa Todai, venture capitalist (dulu saya belum tahu apa-apa terkait ini), company visit, hingga global forum dengan mahasiswa berbagai negara. Event ini sangat disayangkan, karena ilmu saya masih rendah, tapi sudah lebih dari cukup untuk membuka mata saya, bahwa seperti ini dunia di luar kampung halaman saya di Indonesia.

Year 2013,

Pembentukan pola pikir mulai masuk ke ranah realita, yaitu mencoba memasuki dunia kerja dengan kerja Praktek/internship. Di tahun ini saya berkesempatan untuk internship sebagai instrument engineer di salah satu perusahaan BUMN, PT Pusri Palembang, sekalian pulang kampung waktu itu. Kerjaannya sangat santai dan sederhana. Saya ditempatkan dengan teman sebagai maintenance engineer, jadi ke lapangan ketika ada trouble.

Tapi di luar ekspektasi, ketika di lapangan, cuma ngelilit lakban di kabel yang terbuka. Mencatat paramater instrumen dan valve. Naik ke atas pabrik yang penuh dengan bau amonia, kemudian memantau dan mencatat DCS yang semuanya sudah terautomasi. Kemudian memantau pekerja yang mengarungi pupuk. Disini pola pikir masih dangkal, dan tahap awal mengenal dunia kerja. Teringat salah satu mimpi saya dulu, ingin jadi engineer di perusahaan minyak, karena gaji bisa mencapai double digit untuk fresh graduate. Tapi untuk bekerja seperti ini? Should I?

Year 2014,

second time I step to country outside of Indonesia, yaitu saya sempat melakukan riset exchange di Bangkok, Thailand. Kemudian setelah selesai sempat backpack di ASEAN. Rutenya dulu dari Bangkok, Kamboja, Vietnam, Laos ke Bangkok lagi. Terus dari Bangkok terbang ke Malaysia, dan naik bus ke Singapore. Baru setelah itu pulang ke Indonesia. Melihat dunia di luar Indonesia, pola pikir semakin meluas. Komparasi realitas negara berkembang di ASEAN dan maju seperti di Singapore. Bertemu dengan senior dan teman-teman mahasiswa yang sekolah dan bekerja di sana.

Kemudian berselang bebrapa bulan dari sana, Alhamdulillah saya diumumkan mendapatkan full scholarship dari NIIED untuk mengikuti pertukaran pelajar selama 1 semester di Korea Selatan. Tinggal di Korea selama kurang lebih 5 bulan, semakin membuka pikiran saya. Korea ini beberapa tahun yang lalu masih seperti Indonesia saat ini. Tapi dengan pemimpin yang hebat, bisnis berjalan dan ekonomi maju dengan beberapa perusahaan seperti Samsung dan Hyundai masuk ke market global. Pola pikir optimis bahwa Indonesia kedepannya bisa seperti ini mulai terbangun, kemudian keinginan untuk someday sekolah lagi semakin firmed dengan melihat realitas di negara ini.

Year 2015, 

ITB graduation year. Tapi Alhamdulillah, sebelum lulus, saya diberi Allah kesempatan untuk menjadi research-electrical engineer intern di salah satu perusahaan riset di Hamburg, Jerman. Pola pikir yang terbentuk, semakin mengokohkan pertanyaan yang sempat saya tanyakan 2 tahun lalu ketika saya menjadi instrument engineer intern di BUMN tahun 2013. Bahwa dengan menjadi engineer ternyata sulit untuk melihat helicopter view dari suatu big picture permasalahan.

So, I created things, but I didn’t fully understand the reason I made it or how to monetize it. It’s hard for me to see a product and business as a whole interconnected thing. Sehingga saya bertekad setelah lulus nanti, memutuskan untuk mencari karir yang memungkinkan saya mengerti helicopter view dari suatu bisnis atau gambaran besar permasalahan. And my mindset was shifting, that being an engineer at that time was the least option.

Year 2016,

adalah pijakan karir pertama saya, tahun paska lulus memasuki hutan rimba dunia kerja. Alhamdulillah saya diterima menjadi Business Analyst di NTT Data Indonesia. Awalnya perusahaan meminta saya menjadi programmer, karena BA saat itu requirement-nya membutuhkan orang yang cukup senior. Tapi saya ngotot menjelaskan bahwa I eager to learn. Akhirnya saya menjadi BA termuda di perusahaan tersebut. Disini saya belajar banyak tidak hanya technical, tapi juga dari sisi business problems and business needs. Pola pikir zoom out lagi melihat dari sudut pandang yang lebih luas. Dan saya bisa mulai melihat secara menyeluruh how the business works as a whole thing.

Di sini era startup mulai berkembang, saya mulai belajar bagaimana teknologi akan sangat berpengaruh terhadap masa depan. Mulai dari software development, ecommerce, fintech, big data, robotics, machine learning, hingga artificial intelligence. Dan teknologi ini akan menyentuh dan juga mendisrupt ke semua ranah bisnis mulai dari financial industry, healthcare, manufacture, infrastructure etc. Oleh karena itu, mimpi saya untuk tetap berada di track “technology-related” semakin firmed. Salah satu mimpi saya yang sempat saya tulis disini, adalah bagaimana in the future, saya bisa membangun perusahaan teknologi, terutama di healthtech company dan juga toys company.

Year 2017,

I worked in 3 companies within a year. Dan Allah masih tetap mengarahkan saya berkecimpung banyak di tech industry, dengan core businessnya di financial and real estate industry. Selama setahun ini, saya juga dipertemukan dengan banyak orang, teman, kolega, tokoh dll dengan berbagai sudut pandang, pengetahuan dan pemikiran yang lebih luas. Ada yang teknolog, engineer, founder, business owner hingga senior dan tokoh yang berkecimpung di ranah politik. Saya juga mulai merutinkan untuk membaca banyak buku dengan berbagai tema.

Pola pikir mulai terbentuk lagi, dan saya melihat how this world works in the bigger perspective. Pertama the power of big data. Saya di 2017 sempat bekerja di salah satu perusahaan fintech yg pertumbuhannya sangat massive. Dan as product manager saya memiliki akses ke database user dan saya juga bekerja bersama banyak engineer dan data science untuk mengolah data menjadi informasi sehingga bisa digunakan dalam decision making in business. Or we know as data driven decision making. Data ini kedepannya akan sangat powerful and the one who owns data I believe could control the world.

Kedua, pola pikir yang terbentuk di tahun ini, bahwa Financial Industry is one of the most influential business who rules the world. Di era kapitalisme ini dikenal game of rich, jadi hanya segelintir orang, atau bisa dibilang 2% owns 98% capital, and that 2% rules 98% society. Di tahun ini makanya saya tertarik untuk mulai sedikit belajar terkait finance & pasar modal. Sederhananya game of rich atau leverage di capital market, misal ada perusahaan PT X tbk, mengalami penurunan sales y% Y.o.Y, tapi harga sahamnya tidak sesuai dengan kinerja nya, which justru mengalami kenaikan dan akhirnya tersuspend. Ketika di suspend PT X tbk mengubah sektor bisnisnya dengan mengakuisisi PT Z tbk, padahal majority owner PT X tbk dan PT Z tbk ini adalah orang yang sama. Jadi keluar kantong kiri, masuk kantong kanan. How to raise money, dengan cara right issue lets say sekian Miliar, dan membeli dengan dana share holder sendiri. Jadi secara tidak langsung “tidak ada” perpindahan dana secara riil, melainkan hanya di atas kertas saja. That’s the power of capital market. I’m still continuously learning about it, still partially understand it dan makanya salah satu target jika harus sekolah tertarik banget ambil di bidang finance/economic. Btw itu juga yg menyebabkan mengapa gojek shift business nya akan ke gopay, karena who owns the capital could manipulate the business and win.

Kemudian saya melihat VC sekarang juga menyuntik dana yang besar ke banyak startup teknologi. How VC get its fund? Yap VC itu adalah one of the types of investment industry dan merupakan salah satu alternatif kecil hedge fund. Dan bahkan jika di total dari pie investment banking, mungkin VC hanya mengucurkan dana 5% dari total mutal fund yang dikelola di Wall Street yang berjumlah Trillion Dollars. Terdengar a bit conspiratorial, but that’s a fact. Saya juga belajar bagaimana politics (power) itu memiliki peranan penting dalam business. Contoh fiksinya jelas seperti di series House of Cards season 2 tentang money vs power. Dan contoh nyatanya di Indonesia adalah kasus Pak Dasep Ahmadi. Seperti yang ditulis di buku Why Nations Fail, bagaimana economic and political institution adalah penyebab utama negara maju atau gagal.

Year 2018,

it’s just still the beginning. Saya mencoba untuk fulltime build my own business. To stand on my own feet to build my own venture. It’s extremely high risk. I could totally fail. But if I’m not trying, I won’t be able to contribute much to society and Islam. Terdengar ambitious, but kembalikan lagi ke tujuan hidup sebagai Khalifah. At least niatkan menuju kesana. Toh dunia ini juga sementara. Ambisi tersebut, diredam dengan tujuan utama untuk mendapat Ridha-Nya. Allahul musta’an. Yakinlah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba Nya yang berjuang. And I also look forward to keep growing my mindset. Menumbuhkan pola pikir baru, membaca lebih banyak buku, bertemu dengan banyak orang dengan berbagai pemikiran dan pengetahuan yang luas, and self reminder juga untuk tetap firm dengan Agama sebagai pondasi utama. Bismillah! Can’t wait for the journey :)

Year 2019,

jika Allah masih memberikan saya umur hingga tahun ini, in syaa Allah akan di update lagi setiap tahunnya. Lets say like annual diary, but more about conspectus of important milestones in life and the development of mindset each years!

…. to be continued.[]

Tech of Health and Toys

Randomly sometimes at the office, I’m just wondering what actually my real passion is? What things I wanna achieve in the future? What is my truly BIG dream?

Thank God for these 23 years (+ 2 days) I’ve been wandering my life with various of events, experience and learning, makes me being like who I am right now.

If asking about dream, being near with technology is the one I really want. Five years study of Electrical Engineering is a particularly turning point of my life to realize how I truthfully fall in love with technology. But tech world is really wide and big.

5 years of college + (almost) 1 years of worklife, alhamdulillah I am still in the right track that I am still near with tech. Twice of interns, first in state own enterprise in Indonesia and second in hightech research based company in Germany, experience me to use tech both for industrial machine control and particle physics research needs. Also around three years sitting in the classroom studying about circuits, code, math and all things related to Fourier transformation, definitely wakes me up how complicated deep inside the technology is.

But then I realize in my last year of college when I did my bachelor thesis, that the application of technology could give many benefits for people even save life. Especially the use of technology in healthcare. My bachelor thesis is about Electrocardiogram. Well don’t expect too much, it’s just only the basic, the minimum specification to graduate from the campus, still long way to go to save people life. But that’s more than enough to ignite my spike of passion to use the technology for healthcare sector to help people and even save many life in the future.

Well dreams keep changing right. A doctor, police, teacher are the ones I had ever dreamed of when I was a kid. Being an accountant also ever came into my dream list while in high school I ever wrote Accounting UI in my first choice of major in the test. Even architecture and designer ever came in my mind because my hobby is drawing since elementary school.

But (at least until now) I really have a longterm dream to own a healthtech company in Indonesia. I don’t know what God has prepared about my life, maybe after this I move into an oil based company, or consumer goods company. Or maybe I will study grad school which totally not related to health. Or even maybe I will work for restaurant or culinary things. I don’t know.

But one thing for sure, I will work on my dream to work in healthtech industry and build mine as long as the light of this courage still sparks in my heart. I will struggle for this, and I will strive to achieve it. I hope it won’t change and I hope it will never be. In syaa Allah!

But wait! Did I forget to mention about toys?? Yeah. Another to-be-honest-thing, I also really have a BIG passion about toys which is related to technology. So this is particularly not a software based toys (or we call it games) such as in phone like COC, or PC based like DoTA, counter strike or others.

I prefer and fond of creating a physically thing ones that kids directly could touch, though not to mention it could be also connected with gadget, or we call it internet of things. So toys like Lego, puzzle, remote control, action figures, etc which kids could play it for fun as well as increasing their kinesthetic, STEM, or other type of intelligence or spatial ability. How fun if I could work in these things :’) I hope so. Allahumma Aamiin.

o-TOYS-facebook.jpg
Therefore someday if God really gives me chance and times and permission, I wish I could make these dreams come true, which work in health and/or toy tech industry.

Again I totally have no idea what the future is, what can I do is just keep dreaming and keep being in the right path. A path which is always blessed by Him. As long as I am still there, I don’t care whatever my future will be, since I do believe He is the only one who knows what the best for me.

Allahul musta’an.[]

Journey to find Rizq (V): Nippon Telegraph and Telephone

Finally bisa melanjutkan lagi series ini. Baru punya waktu nulis lagi, beberapa hari yg lalu cukup hectic dengan beberapa kegiatan, kantor, silaturahim, nikahan, random namatin buku Dee pinjeman dari temen dan (baru) ngikutin serial House of Cards which is really cool and many insight! hope could write about this later.

Back to topic, seperti yg sudah aku tulis di empat post sebelumnya, cukup panjang perjalanan untuk mengejar Rizq yg sudah Allah tetapkan. But yeah that’s life justru dengan up and down hidup menjadi lebih berwarna. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

The Door

Setelah berbagai perjuangan di karir fair ITB, yang belum ada satupun yg berjodoh, justru pintu rezeki itu datang dari tempat lain. Yap, dari tempat yg tak di sangka-sangka.

Short story, Tugas Akhir yg aku kerjakan dengan 2 teman lainnya, Rosin & Wildan, masuk di media.

Beberapa hari setelah berita itu terbit, tetiba Rosin dihubungin oleh seorang alumni ITB, Pak Tavip namanya, IF ’89. Beliau bekerja di perusahaan IT di jakarta yg aku belum tau apa itu. Beliau tertarik dengan TA yang kami kerjakan karena ada beberapa proyek di perusahaannya yang berkaitan dengan healthcare. Ga tanggung-tanggung beliau sendiri yang langsung meluncur dari Jakarta mendatangi kami di Bandung, katanya sih sekalian mau mampir ke kampus, sudah lama. Angkatan 89 bro haha.

Ngobrol-ngobrol singkat, awalnya beliau ingin mengembangkan TA yg kita kerjakan. Tapi kita mah jujur-jujuran aja, masih awal riset pisan dan sangat jauh dari ranah komersial. Akhirnya beliau menawarkan untuk kami bergabung di perusahaannya. Wih random pisan. Aku yg dulu masih awam, ga langsung tertarik, karena belum tau perusahaannya apa. Tapi karena Rosin sudah keterima kerja, Wildan udah dapet LPDP, tinggal aku yang diapproach bapaknya. Jadi ngerasa enak. Lol.

Sempet japri-japrian dengan pak Tavip, dan baru taulah perusahaan tempat beliau bekerja adalah salah satu perusahaan multinasional teknologi yang sudah masuk dalam fortune global 500. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

NTT Data

NTT stands for Nippon Telegraph and Telephone. Salah satu perusahaan tua asal jepang, dan peringkat 65 di fortunes 500 in term of revenue (check the full list here: http://fortune.com/global500/).

Simplenya, NTT sekarang sudah sangat besar dan mendirikan payung bernama NTT Group. Sejenis google yang mendirikan Alphabet. Jadi NTT sendiri tidak ada core productnya, bisnis utamanya adalah membeli dan akuisisi perusahaan berbasis teknologi. Di bawahnya ada 6 anak perusahaan utama yaitu NTT West, NTT East, NTT Communication, Dimension Data, NTT Docomo dan NTT Data.

tads-telecom-summit-ntt-naoki-uchida-3-638

NTT Data sendiri fokus di IT services dan system integration. Wew if you know, ini business worldwide nya sangat beragam, mulai dari payment, energy, healthcare, flight planning, transportation, dll. Intinya:

how to solve people problems with technology

Keren pisaan!! Serius!! Exactly a type of company what I really dream to build! Visi utama perusahaan ini Global IT Innovator. Dan untuk NTT Data Indonesianya adalah menjadi perusahaan nomor 1 IT Service di Indonesia. Wew. Tunggu aku buat sendiri nanti yak! bersaing kita! Aamiin :p

Untuk lebih gampangnya mengenal what company I am working for right now, mending langsung nonton video singkat nya disini:

And I just realized anyway, di menit 4:13 itu bos aku di kantor. Namanya Pak Singgih, alumni mesin ITB 80an. Haha.

Match with the Criteria

Alhamdulillah. Aku setiap kali teringat mendapatkan NTT Data sebagai perusahaan pertama pasca kampus untuk tempat belajar, benar-benar ingin terus bersyukur atas jalan yg Allah berikan ini. Di tulisan sebelumnya aku sempat membuat beberapa kriteria list perusahaan sebagai tempat belajar pertama. Dan in fact, NTT Data memenuhi 100% kriteria tersebut, bahkan bisa dikatakan lebih dari itu, 150%! Let’s do the check list of the work criteria

Memiliki kesempatan untuk belajar (checked)

Aku di NTT Data Indonesia memiliki role sebagai Business Analyst (BA). Dan di awal-awal dilibatkan langsung di berbagai projects. Sekaligus belajar tentang Software life cycle. Simplenya tugas seorang BA adalah menganalisis problems dari client dan membuat requirement solutionsnya dengan menggunakan teknologi. Love this scope of work so much!

Bahasa kerennya kita merancang high level design dari suatu project. Jadi banyak bermain dengan flowchart dan visio. I learnt many new things here. Mulai dari how to solve client problems, how to test the solutions, how to create the requirement design, how to think in the clients’ shoes, etc. Dan kerennya lagi, NTT Data memfokuskan core business nya di Recurring Revenue, jadi bukan cari tender client, give them service and end. Selesai. Tapi bener-bener merancang suatu solution system yang sustainable, which is kita membuat produk sendiri, dan memberikannya ke client untuk jangka panjang agar tercapai recurring revenue tadi. Ibarat kerja di perusahaan startup tapi dengan capital yang sudah gede. What a lovely job BA is x). La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Materi oriented/ high salary (checked)

It’s relative, isn’t it? Tapi Alhamdulillah it’s beyond my expectation either. Bargaining position aku pas pertama kali nego gaji lumayan kuat, karena dari company nya sendiri yang approach. Dan karena ini perusahaan besar worldwide, they truly value my international intern experience. Yah intinya sangat cukup untuk kategori freshgraduate di Jakarta. Hihi. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Tidak ingin terikat lama (checked)

This is what I love from this company as well. Tidak ada penalty jika keluar dari perusahaan di tengah-tengah kontrak. What for keeping someone who are not passionate about their job anymore. Aku sempet pengen nyobain kerja di startup sih, once, sebelum master. Jadi ada kemungkinan resign di tengah-tengah hehe. Tapi depends on project yang aku kerjain sekarang sih, lumayan menarik kalo jadi goal. Yah, intinya Allah always knows the best. Liat aja nanti. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Lokasi di Jakarta (checked)

Indeed it is! Di Jl. Sudirman lagi, Jakarta selatan yang sangat dekat ke Jakarta Pusat. Kemana-mana gampang. Bahkan lokasinya strategis pisan. Ntar di bawah aku jelasin.

Perusahaan Teknologi (checked)

Dilihat dari video di atas, udah keliatan kan. Jadi memang asiknya kerja di sini, business variation variable nya gede. Beda misal dulu aku dapet kerjanya di Prysmian misalnya, product nya kabel hungkul. Atau di Keyence. Produknya automation sistem doang. Bahkan NTT Data salah satu benchmark company personally if someday I have a chance to build one. Aamiin.

Tidak ingin terlalu engineering (exactly checked)

Awal-awal aku ditawarin antara jadi BA atau ga developer which is ngoding. Owman, pas interview, I honestly said I couldn’t stand for coding anymore. Haha. Bisa saja aku ditempatin di developer, tapi aku bilang, I’m totally sure I can’t work with my 100% potential, gitu. Alhamdulillah jadinya ditempatin di BA. Which is a bridge between business and engineering.

Exactly checked banget ga kriteria ini. Karena aku juga ga mau hilang dari keilmuwan yang sudah susah payah aku pelajari 5 tahun di ITB. Tapi aku juga ga mau too deep inside di dunia research engineering atau development. BA is totally the answer!

Jujur aku dulu bener-bener no idea pisan, apaan ya pekerjaan yang engineering, tapi ga terlalu engineering banget (?). Eh Allah answers it with this BA position. This is exactly what I really love about. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Multinasional (checked)

Fortunes 500 of course it is a Multinational company. Mangga di kepo di website worldwide nya. Disana juga ada countries office nya:

http://www.nttdata.com/global/en/

To be honest, I want to dare to dream big globally. Therefore sebagai tempat belajar awal I prefer to work in MNC rather than state own entreprise (BUMN). I believe the system in MNC should be well established. Dan dengan beberapa bos asing, I have to speak English. Bahkan untuk formal communication through email, we have to use English by default in NTT Data.

Beyond Expectation

Seperti yang sudah aku tulis sebelumnya. Alhamdulillah. Allah gave me a first job of which outpace my expectation. Serius bener-bener melebihi kriteria wajib bahkan melebihi kriteria sunnah yang aku inginkan. Berikut what are the beyond:

Lokasi tidak hanya di Jakarta, tapi di Segitiga Emas-nya

Kriteria yang aku inginkan, intinya pengen banget kerja di Jakarta, dimanapun deh, di ujung Jakarta juga gapapa, yang penting aku bisa lumayan tau-tau dikit daerah di Ibukota. And Allah answers it beyond my expectation. My office is not only in Jakarta, but it is exactly located in Golden Triangle area Jakarta, which is salah satu business district terbesar dan untuk kemana-mana sangat gampang.

segitiga emas jakarta

Bahkan yang paling enak, gedung kantor aku di Wisma 46 BNI kan, yang mana pol travel buat ke Bandung Sararea di Blora tinggal jalan, pol Baraya exactly depan gedung kantor, halte busway terdekat Dukuh Atas tinggal jalan, dan Stasiun kereta Sudirman juga tinggal jalan. Bahkan kalo MRT yg lagi dirancang jadi, stasiun MRT terdekatnya juga tinggal jalan. Alhamdulillah. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Semi-Startup culture

Kita perusahaan Jepang, tapi dengan kultur perusahaan teknologi ala startup. Normally masuknya jam 8AM-5PM. Tapi masuk ga masalah jam 9AM, atau lewat-lewat dikit. Dan pulang pun fleksible, asal Kerjaan selesai. Terus di pinjemin laptop lagi, ga tanggung-tanggung Lenovo Thinkpad E450, series terbaru. Dan boleh di bawa pulang. How lucky!

Work life is truly balance

Selain jam kerja yang benar-benar mendukung work life balance -jadi ga bener-bener gila kerja, sampai harus pulang malem dll- aku juga memiliki beberapa aktivitas refreshing di luar kerja setiap minggunya:

  • Free Japanese class every wednesday directly with our beloved CEO. Serius yang ngajar langsung CEO kita. Haha
  • Futsal Every monday di lapangan premium Grand Futsal Kuningan. Aku diajakin temen kantor buat rutin futsal. Karena mereka udah jadi member, jadi dapetnya lapangan premium yang gede. Puas banget mainnya
  • Swimming every Tuesday di Sudirman Executive Apartment. Jadi temen kantor ada yang orang tua nya tajir, dan tinggal di apartemen executive gitu. Dan yang paling penting dia nya baik banget. Dia minjemin akses card nya ke kita buat masuk ke apartemen, yang di tengah-tengah nya ada private swimming pool, bahkan dilengkapi dengan jacuzzi & spa gitu. Jadinya rutin deh tiap selasa kita berenang. Target utama tahun ini: menguasai butterfly technic! Hihi :9
IMG_20151108_132406

Penampakan kolam dari atas. Itu yang bangunan atap lingkaran sebelah kanan jacuzzi nya :p

  • Cheapest XXI di setiabudi one tinggal jalan dari kosan. Ini paling sabi sih haha. Dari kosan beneran tinggal jalan 10 menit sampe deh di Setiabudi One, yg harga nonton di XXInya cuma 25rb. Hampir tiap minggu jadinya :p

Near Big Mosques

Di kantor ada mesjid putih gede namanya Al-I’tisham. Adem pisan terutama buat tidur bentar 10-20 menit paska sholat zuhur. Di deket kost juga ada mesjid SMAN 3, gede dan AC. Dan yang paling penting bacaan imam nya baguus. Jujur rada kumaha ya, kalo di mesjid-mesjid kecil gitu pas dulu pindah-pindah kos di Bandung, kadang Imam nya tuh yang udah tua, dan tahsinnya…. :(

Ohya ke Istiqlal, masjid terbesar di Indonesia, juga deket, tinggal naik busway sekali. Yang sering banget ada acara kajian-kajian untuk menyeimbangkan ruhani ditengah derasnya arus keduniaan di Jakarta. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Well priced and rich variation menu foodcourt

Kalo kalian pernah ke gedung wisma 46 BNI, wah itu di depan gedung, berderet warung makan dengan harga yang super terjangkau dan berbagai jenis makanan. Mulai dari gudeg, sop, ayam penyet, soto berbagai variasi mulai dari soto bandung, kudus, betawi, terus ada juga sate, nasi goreng, gulai, tongseng, bahkan gurami, bebek, dll juga ada. Di deket kosan lebih enak lagi, karena deket SMA jadi harganya menyesuaikan harga SMA yang ga beda jauh dengan harga di Bandung. Jadi lumayan bisa hemat deh.

Got an “executive” kost dengan harga terjangkau

Yoi, di claimnya gitu oleh pihak kost nya haha. Coba aja google: “10 residence”, pasti muculnya kost exclusive jakarta. Atau boleh coba kepo -yang aku juga baru tau- ada website resminya http://www.the10residence.com/ haha. Lokasinya di setiabudi, jadi ke kantor tinggal jalan kaki, ga perlu ongkos transport.

Awalnya aku ngekos sendiri, dengan harga 1 juta per bulan tapi di tempat rada kumuh gitu. Eh tetiba di hari pertama kerja temen kantor ngajakin kost bareng di tempat 10 residence tea. Jadinya sekamar berdua deh, cuma 2.3 juta sebulan. Untuk fasilitas mewah yang didapet harga segitu termasuk murah. Bayangin aja ada AC, kulkas, springbed, full furnished yg baru dibangun lagi jadi meja, lemari, semuanya baru, ada juga TV kabel, laundri tiap hari maksimal 3 potong, kamar mandi shower dengan water heater, CCTV 24 jam, dan di atas nya ada open rooftop dengan pemandangan gedung-gedung segitiga emas ala Singapore, juga ada dapur lengkap dengan kompor dan peralatan lainnya. Alhamdulillah. Mumet kerja di kantor sangat terkurangi dengan tinggal di sini. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Near to many Malls 

Selain jalan ke Setiabudi one, ke Mall-mall lain juga deket banget. Ke GI tinggal jalan dari kantor. Ambassador, kuncit, juga tinggal gojek. Ke FX, Senayan city, kota kasablanka dll juga cukup dengan Bus Way. Semoga tidak tergoda untuk terus he(a)do(w)n. Lol

Projects I am Working On

Sebagai BA aku disini involve di project apaan sih? Nah jujur, ga semua project di sini menarik haha. Beberapa lumayan boring, yah kurang menantang aja. Aku sekarang lagi baru mau ngajuin satu project yang bener-bener menarik. Bahkan ada kemungkinan kalo project ini ga di approve oleh company, aku siap resign deh buat ngebangun bendera sendiri untuk ngeberesin project ini haha.

Gimana detailnya? Di tulisan selanjutnya aja ya. Haha. In syaa Allah. Awalnya mau cuma sampe Journey to find Rizq (V), tapi kaya nya masih perlu lanjut sampe (VI) buat ngejelasin proyek yang aku kerjain sekarang. Semoga ada waktu. Aamiin. Ditunggu yak.[]

My Dream Canvas

Sebenernya lagi nulis journey to find rizq (V), tapi ini duluan yg selesai. Well I like to visualize things, dan beberapa hari kemarin, as a BA di kantor sekarang lumayan banyak bermain dengan Visio, flowchart, high level design, dan berbagai turunannya. Akhirnya random ngebuat “Dreamflow Design” dan random lagi tetiba niat banget langsung buat dengan berbagai gambar. And here we are my dream Canvas:

DREAM

Click the picture to download in PDF format

Sebenernya kerandoman ini di accelerate setelah nonton TEDx nya Patti Dobrowolski “Draw your future” yang bisa dilihat di bawah ini:

Simplenya adalah menggambar “Current State” kita dan menghubungkan dengan gambar lagi menuju “Desired New Reality” yang kita inginkan. Detailnya tonton aja deh. Inspiring pokoknya!

Dengan membuat ini intinya biar bisa “Trick” our brain aja. Aku ga tau sih ini bakal berguna atau ga. Dan jelas pasti lebih ga tau bakal bisa tercapai atau ga. Tapi I just felt it anyway ketika udah buat ini, jadi merasa bisa memprioritaskan sesuatu atas sesuatu yang lain asal berhubungan dengan mimpi-mimpi di atas. Kebayang ga? haha

Simpelnya gini deh. Ketika punya uang, dan mau membeli sesuatu, aku bisa mikir dulu, ini mensupport mimpi di atas ga. Misal aku mencoba mutusin (tadi banget) mau beli headset di BEC, dan itu berarti spending money dong? Tapi setelah di hubungkan dengan dreamboard di atas, aku ngerasa itu headset perlu untuk mensupport latihan listening untuk IBT atau IELTS ntar. Jadi pas di kantor pas lagi ngerjain sesuatu bisa sambil dengerin music bahasa inggris, atau video semacem TEDx, NAK, dll yang bisa nge-improve listening. Got it?

Atau contoh lain misalnya ketika aku mencoba mengatur waktu. Aku juga ngerasa bisa memilih kegiatan berdasarkan dreamboard di atas. Contohnya beberapa minggu belakang aku mencoba balik tiap weekend ke Bandung. Karena ada pelatihan mini MBA supaya bisa masuk ke komunitasnya. Spending cost sama waktu lagi dong? Tapi itu aku ngerasa dengan melakukan itu, bisa mensupport middle term goal untuk bisa (misal) ngebangun perusahaan nantinya.

“If you don’t build your dream someone will hire you to help build theirs” -Tony Gaskins

Bahkan untuk sekelas nonton serial TV. Sekarang aku lagi nonton netflix serial “House of Cards” dari season satu. Ceritanya keren paraahh!! Tapi berarti itu spending time juga kan? Tapi aku yakin, pertama itu bisa ngeimprove listening juga. Sama satu lagi bisa banyak dapet insight tentang Politik versus Bisnis dari film ini. Terutama di season 2. Jadi ceum kasus pak Dasep Ahmadi yang dipenjara karena tertuduh korupsi gara-gara riset mobil listrik, bisa jadi dibalik itu ada unsur politiknya. Maybe ya. I don’t know what but dunia sekarang memang tidak lepas dari perang kepentingan.

You are never too old to set another goal or to dream a new dream -C.S Lewis

Dengan adanya kanvas di atas, aku juga ngerasa bisa ngurangin hal-hal yang sia-sia atau bahkan dosa. Jadi contohnya DOTA. Wah ini game adiktif parah. Tapi bener-bener wasting time dan ga berhubungan dengan dream board di atas. Jadi di uninstall deh (padahal emang ga jago-jago amat mainnya, kalah terus lol). Terus ketika mau melakukan hal-hal yang menjauhkan dari Allah pun juga begitu. Langsung kebayang. I have a big dream! Aku butuh Allah untuk membantu merealisasikannya. Aku ga boleh jauh dari-Nya!! Gituu! Hihi. Semoga istiqomah aamiin.

“Do something each day to bring you a little closer to your dreams” -notsalmon.com

Makanya mungkin mimpi-mimpi di atas (bagi sebagian orang) mungkin terlalu klise, unattainable, muluk, sok-sok an, unreliable, terlalu general dan bla bla bla lainnya, tapi aku ngerasa it’s okay, karena itu lebih baik daripada gada sama sekali. Toh ketika kita mengincar bintang tertinggi, kalo pun jatuh kita bisa di bintang-bintang lainnya, ga ke tanah langsung.

“Go after your dream, no matter how unattainable others think it is” -dari google

Dan yang paling penting yang bisa kita lakukan adalah merencanakan. Untuk urusan hasil tetap Allah yang menentukan. Makanya aku juga gatau menau, itu mimpi-mimpi bisa tercapai ga, tapi yang bisa aku lakukan adalah mengusahakannya. Intinya mencoba mengerem sejenak, ditengah berlari, ada saatnya kita berhenti sejenak dan memetakan apa yang sebaiknya kita lakukan kedepannya. Agar hidup bisa lebih terarah.

“As soon as you start to pursue a dream, your life wakes up and everything has meaning” – Barbara Sher

Sebelum menutup sebenernya ada alasan lain juga ngebuat plan di atas, yaitu buat “proposal”. Wkwk. You know what I mean. Yah ada kan di kotak merah di atas, next milestone. Yah tapi balik lagi coba iseng aja buat proposal, gatau dah di kasih ke siapa dan kapan :p Dan lagian Allah juga sudah menentukan kok. Jadi santai aja.

“The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams” -Eleanor Roosevelt

Intinya gitu deh. I recommend to all of you to create your dream canvas. Kalo kata Patti di video nya sih, if we got stuck on something. Just look at your pictures, and close your eyes, and then it will serve you up with the best possible solutions. Coba aja hihi. So happy creating your dream canvas![]

Journey to Find Rizq (IV): Brute Force Mencari Kerja

Ini sambungan dari tulisan sebelumnya. Akhirnya punya waktu buat nulis lagi. Tulisan sebelumnya bisa dilihat disini:

Journey to Find Rizq (I): Short, Middle and Long term Plan

Journey to Find Rizq (II): Opsi-opsi

Journey to Find Rizq (III): Kriteria & Pengalaman Daftar Kerja sebelum Lulus

Jadi, tepatnya di suatu tanggal di bulan oktober 2015 (lupa), Alhamdulillah akhirnya aku diwisuda dari kampus gajah tercinta ini. Kebetulan memang oktober ini salah satu waktu yg paling tepat buat lulus karena beberapa hari setelahnya ada karir fair gede yg cuma 2 tahun sekali di Sabuga 8) *pembenaran*

Karena salah satu shortplan paska kampus sudah diputuskan untuk kerja dulu, algoritma primitif pencarian yg paling simpel langsung diterapkan, yaitu “Brute Force.” Yap, suatu algoritma pencarian yang mencoba sebanyak-banyaknya item hingga menemukan satu yang tepat tanpa simplifikasi ataupun sortifkasi.

Jadi simpel, langsung prin CV sebanyak-banyaknya. Terus sebar ke semua perusahaan yg cocok dengan latar belakang dan spesfikasi diri. Alhasil dari sekian banyak submit CV, dipanggillah oleh beberapa perusahaan untuk seleksi selanjutnya baik tes tulis, wawancara, FGD dll. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

April group

Ini salah satu perusahaan kertas terbesar di Indonesia. Saat presentasi katanya sih mereka tidak termasuk yang menyebabkan asap di Sumatera. Semoga benar. Sebenernya rada ogah-ogahan daftar ini karena harus penempatan di ujung jambi, which means salah satu target kerja di post sebelumnya kan kalo bisa di Jakarta.

Sempet wawancara HR, tes psikologi, sampe wawancara user di salah satu hotel di Bandung (lupa). Disini pride masih rada tinggi jadi ketika jawab sok-sokan jual mahal. Inget dulu ditanya berapa persen kamu yakin diterima disini. Aku jawab aja 100%. Kayanya gara-gara itu ga lolos haha. Pas ditelpon ibu, langsung dinasehatin, seharusnya ga boleh jawab gitu. Minimal 90%. 10% lagi kehendak Allah. Jangan sombong. Langsung istighfar. Bener juga ya. Seyakin-yakinnya tetep harus ada variable ghaib yang dimasukan. Akhirnya gaada panggilan lagi deh hehe. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Result: Failed
Lesson learned: always include “untouchable” variable while deciding something

Garena

Ini juga sudah lewat psikotes, wawancara HR, dan dipanggil ke Jakarta buat wawancara lanjutan. Singkatnya garena ini internet company dan beberapa produk utamanya adalah game, e-commerce dll. Aku inget banget pas wawancara di Jakarta banyak ditanya tentang CV, dan dengan penutup aku direkomendasikan buat ikut GDP atau Garena Development Program. Ini sebenarnya program sejenis MT tapi dulu aku ga bisa daftar karena syarat IPK 3.5 tapi ntah mengapa diminta ikut itu padahal IPKku dibawah 3.5. Waktu itu diminta kirim lagi tambahan CV lengkap, resume, ijazah dll. Tapi ntah mengapa ga dipanggil lagi. Waktu itu sudah hampir lolos keyence jadi ga niat juga buat nanya-nanya, jadinya lepas deh. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Result: Unclear. Most possibly failed.
Hikmah: Mungkin ga dilolosin biar terhindar dari dunia per-game-an haha

Keyence

Ini salah satu yg aku cukup sangat yakin lolos karena kebutuhan mereka cocok dengan resume personal. Dan dari semua kriteria pekerjaan yang sempet aku tulis di post sebelumnya, kerja di keyence ini juga semuanya match! 100% maybe! Liat aja dari kriteria sebelumnya: High salary – checked, bisa belajar hal baru – checked, tidak terikat – checked, lokasi di jakarta – checked, bahkan kerjaanya keliling bawa mobil, presentasi ke client sekalian bisa mengenal daerah jakarta yg itu salah satu tujuan utama why I really want to work di Ibukota. Ah pokoknya perfect banget dah!

Intinya posisi yang ditawarkan adalah Sales Engineer. Yup jadi sales. Tapi ga ordinary sales, karena produk yang ditawarkan high-technology pisan which means sales nya harus paham bener-bener spesifikasi dan kegunaan dari produk. Makanya namanya sales engineer.

Produk nya elektro banget, contohnya high precision camera, laser, dan berbagai macam alat otomasi tingkat tinggi dengan presisi super detail dan digunakan perusahaan-perusahaan manufaktur besar. Yang dicari juga orang yang extrovert, mampu berkomunikasi dengan baik, presentation skill which means aku lumayan ada latar belakang dan pengalaman. Ditambah background elektro, jadi cocok pisan.

Bahkan dulu aku sempet lewat jalur akselerasi pas di karir fair. Pagi nya submit CV, siangnya dipanggil interview dan bahkan dengan Direkturnya langsung coba. Terus disuruh segera ambil tes online. Dan akhirnya dipanggil ke Jakarta buat wawancara user. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Tapi memang belum rezeki tadi, Allah has already set it, jadi ceritanya aku ikut kegiatan Kawah Kepemimpinan Pelajar KKP SMP bareng beberapa anak FIM. Jadi fasilitator forum OSIS SMP gitu singkatnya. Seminggu nginep di Sawangan Depok, tapi memang asik pisan acaranya. Ketemu temen-temen fasil yg luar biasa, dan bisa berbagi dengan adik-adik calon pembawa masa depan cerah Indonesia.

Ceritanya di hari terakhir aku sempet diamanahin jadi PJ salah satu acara, jadi bener-bener hectic di hari itu. Dan kebetulan lagi HP memory nya lagi full which means ga bisa auto refresh Gmail. Dan skiplah panggilan akhir untuk final interview Keyence tersebut. Baru kebuka pas malemnya seberes acara.

Langsung pagi-paginya aku telpon bagian HRnya, untuk minta interview susulan, tapi ternyata kata mereka sudah terlambat. Mereka sudah dapat nama-nama yang lolos karena memang butuh cepat dan sudah di hiring, tinggal tunggu tanda tangan kontrak dengan mereka-mereka yang lolos. Jujur sakit pisan euy. Soalnya sudah buat plan lumayan jauh, paska KKP minggu depan langsung kerja di keyence, cari kosan disana, gaada waktu nganggur, ah pas banget intinya. Tapi ternyata skip wawancara final. Sempet nangis paginya klo ga salah (lol). Tanya aja yg sekamar dengan aku pas KKP kemaren haha. Bener-bener pengen curhat langsung dengan siapapun saat itu. Dan lagi-lagi Ibu orang pertama yang menenangkan hati bahwa berarti memang belum rezeki, jadi let it go aja. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Gagal disini justru malah yang membuat aku super pasrah dengan ketetapanNya. Jujur dengan latar belakang lulusan ITB, elektro lagi, awalnya cukup membuat aku rada ujub. Dikira tinggal milih gitu pekerjaan, ternyata ga segampang itu haha. Bahkan akhirnya karena gaada panggilan-panggilan lagi sempat terucap doa Nabi Musa setiap selesai sholat

Rabbi inni lima anzalta ilayyaa min khairin faqir – Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (Qs. 28:24)

Sesuai dengan penjalasan Nouman Ali Khan, katanya doa itu adalah salah satu doa yang dibaca ketika sedang mengalami titik depresi, putus asa dll. Tafsirnya memang seperti itu. Ya Allah, berikanlah APAPUN kebaikan yg sudah Engkau tetapkan kepadaku. Apapun itu coba. Iya emang saking kecewanya karena gaada panggilan-panggilan lagi dan terus ditanya orang tua, sempat terbesit, yg penting kerja apapun aku ambil dah, pun jauh dari kriteria yang sudah dibuat juga ga masalah. Hiks.

Tapi Alhamdulillah. Titik kegagalan di Keyence ini menjadikan aku super pasrah dan percaya akan apapun keputusanNya. Alhamdulillah. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Result: Failed.
Hikmah: Mejadi lebih pasrah kepada keputusanNya dan reminding untuk mengindar dari ujub.

Yokogawa

Sudah lolos wawancara HR. Tes tulis. FGD dan dipanggil ke Jakarta buat presentasi ke User. Tapi karena nama nya Technical Trainee jadi yang lebih dilihat dari kualitas keteknikannya. Yang aku ketika presentasi tentang diri, tidak terlalu detail membahas terkait detail ilmu tekniknya.

Yang kedua sebenernya -jujur- rada kurang sreg juga. Pertama disini kerjanya engineering elektro banget. Yah salah satu kriteria kan ga mau engineer dalem banget gitu lol. Terus yang kedua terikat dan salary awal termasuk kecil untuk daerah Jakarta. Tapi tetep we, karena tadi sudah doa Nabi Musa, jadi apapun dulu lah yang penting keterima. Eh tapi ternyata ga diterima. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Result: Failed
Hikmah: Makin terus pasrah dan melakukan pengulangan doa. Memperbanyak dhuha juga karena benar-benar sadar, bisnis udah lepas, proyek gagal, jadi butuh banget kerja sebagai sumber pintu rezeki satu-satunya

Skha Consulting

Disaat masih down gaada yang diterima. Ada secercah panggilan dari SKHA. Ini kayanya satu-satunya Consulting company yg cukup gede yang ga mempersyaratkan GPA> 3.5. Yg lain ceum Mc Kinsey, BCG dll butuh GPA 3.5 which is ga memenuhi kriteria

Back to topic. Aku disuruh ikut FGD di kantor Jakarta SKHA. Kebayang dalam beberapa minggu kebelakang aku ga keiitung bolak-balik Jakarta Bandung dan juga berkali-kali ikut tes tulis & psikologi. Untuk tipe ENTP dengan Perceiving mentok, orangnya memang suka yang fleksible, tidak terkekang dan ogah pisan melakukan rutinitas yang diulang-ulang. Tapi disini aku belajar untuk break that border and become more patient.

Berangkatlah aku ke Jakarta. FGD to be honest aku biasanya ga terlalu kesulitan, karena memang sudah sering di tes perusahaan lain dan lolos. Tapi pas tes ini entah mengapa not really in mood to think, sedang teman se FGD aku anak-anak ITB semua, dan mereka jago banget analytical thinking nya. Alhasil ketika FGD aku jarang initiate idea dan lebih cenderung ngikutin. Pas hasil keluar as I thought, FAILED. Makin down dan terus makin perbanyak istighfar, dhuha dll. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Result: Failed
Hikmah: Setelah dipikir-pikir client utama skha ini mostly bank. Sebenernya -hasil baca- ga masalah pekerjaan selama ga langsung terjun di core banking-nya, which is you know, Riba. Tapi, personal thought, selagi ada yg not really get in touch with bank aku lebih milih itu. Meski sekarang don’t know is there any business with zero percent hubungan dengan bank? lol. Yah tapi positive thinking aja sepertinya Allah masih lebih prefer aku menjauh dari hal itu.

Prysmian Group

Wih ini sebenernya program nya keren parah. International Graduate Program. 2 minggu awal langsung training di HQ di Milan, Italy. 6 bulan international assignment di SEA. 6 bulan di Indonesia. Dan 1 tahun penempatan di salah satu Prysmian country. Dan karena sales terbesar dari perusahaan ini di Eropa, mostly penempatannya di salah satu negara di Eropa. Apa ga keren?

Udah masuk 10 besar di Indonesia dan dipanggil tes di Cikampek. Semuanya dibayarin, bahkan dikasih hotel di Cikampek karena berangkat dari Bandung malem. Yang menguji langsung dari petinggi-petinggi Prysmian Spain, UK, malaysia & Indonesia. FGDnya seru parah. Dan interviewnya dengan ibu HR dari UK, which is British, asik banget klo ngomong dengan orang British haha. Cukup berharap besar juga dari sini. Tapi lagi-lagi: FAILED. Pengumumannya setelah aku kerja di NTT Data sih, baru banget kemarin. Memang belum rezeki. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Result: Failed
Hikmah: Produknya monoton, cuma satu: Kabel. Yap meski programnya keren parah, mungkin belum ditakdirkan untuk jualan kabel lol. Kalo aku jadi ambil ini, aku harus reset dream plan juga, karena ada kemungkinan bakal jadi profesional di industri ini. Tapi Allah answers it with this rejection email.

Lain-lain: Paragon, Taka, Heinz, Unilever, Telkom, PLN etc

Sebenarnya masih banyak lagi tes-tes perusahaan yang aku ikutin. Contohnya Taka, yang cuma lolos sampe tes TOEFL. Ga aku lanjutin karena bentrok dengan Paragon tes tulisnya. Dan aku milih paragon, yang sampe sekarang malah gaada kabar.

BUMNpun sempat aku daftar. Meski jujur aku kurang tertarik sebenernya kerja di BUMN. Lebih pengen belajar sistem yang rapi dari Multinational Company aja. Tapi kemaren karena cukup depresi ga diterima-terima, akhirnya apply juga di Telkom dan PLN. Nu penting kerja we heula lah. Tapi karena sudah keterima di NTT Data, jadi ga aku lanjutin deh. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

81156c6daa5c760f16e496f6df82dda1

Hikmah Utama: Allah benar-benar punya jalan tersendiri. Jujur dari semua tes yang aku sempet ikutin SEMUANYA GAADA YG LOLOS, kecuali satu di NTT Data tempat aku kerja sekarang.  Keliatan ga sih hikmah utamanya? Yap BENAR!

“Kalo aku lolos di banyak tempat, aku mengambil kuota orang lain padahal aku cuma butuh satu. Dan Allah bener-bener cuma meloloskan aku di satu tempat, supaya ga mengambil kuota orang lain di tempat yang ga terlalu aku inginin”

Dan Alhamdulillah. Sekarang aku kerja di NTT Data sebagai Bisnis Analis, you know, so far kerja disini 100 PERSEN sesuai dengan kriteria company yang aku buat di post sebelumnya. Luar biasa pisan kan. Allah ga ngelolosin aku di banyak tempat. Dan hanya meloloskan aku di satu tempat yang sesuai dengan kriteria. Alhamdulillah.

Fabiayyi Ala irobbikuma Tukadzibaan :’)

Di last series “Journey to find Rizq (V)” nanti in syaa Allah aku bakal jelasin detail terkait tempat aku kerja sekarang. Gimana bisa dapet disana. Sekaligus menjadi tempat dan jawaban Allah yang sudah ditentukan untuk aku mencari Rezeki. Alhamdulillah. So stay tune! :) La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.[]

Journey to find Rizq (V): Nippon Telegraph and Telephone

Journey to Find Rizq (III): Kriteria & Pengalaman Daftar Kerja sebelum Lulus

Tulisan ini sambungan dari post sebelumnya yang bisa dilihat disini:

Journey to Find Rizq (I): Short, Middle and Long term Plan

Journey to Find Rizq (II): Opsi-opsi

Paska lulus sebenernya ada satu lagi cara untuk mencari rezeki, yaitu dengan proyekan dengan dosen. Jadi simpelnya binis sambil proyekan. Wah itu ideal banget. Apalagi kemaren sempet ada tawaran 3 proyek menarik bareng senior. Kalo proyek itu goal, wih langsung nikah plus DP rumah aku mah haha *lebay*.

Tapi emang balik lagi, rezeki sudah di atur. Proyek pertama postpone. Proyek kedua kompetensi yang aku punya masih kurang. Terakhir proyek ketiga yang lumayan gede, ga goal. Akhirnya opsi 2 untuk langsung bisnis turun prioritas dan yang menjadi prioritas utama adalah opsi 3, bekerja dulu di suatu perusahaan. Plan’s changed.

Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. 27:75)

Nah untuk kerja sendiri, aku juga mencoba memasang beberapa kriteria, atau target perusahaan. Yah at least I have plan dan minimal biar ada ikhtiar untuk mendapatkannya. Again, it’s all just a plan, at last Allah will the one who will decide what job should I take and what path should I walk into. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah

Kriteria Utama

Jadi sebenarnya ada 3 kriteria utama dari perusahaan yang benar-benar aku coba perjuangkan untuk mendapatkannya

  1. Memiliki kesempatan untuk belajar
    Jadi aku ingin ada ilmu atau sesuatu yang bisa kupelajari. Karena beberapa perusahaan mungkin ada yang jobdes nya rada ga jelas, hanya sekedar duduk ngawasin, banyak nganggurnya, dll. Intinya sedikit kesempatan untuk belajarnya.
    .
  2. Materi oriented/ high salary
    Mencoba jujur, untuk awal-awal I prefer to work with high salary. Uang ga penting, tapi banyak hal penting yang bisa dibeli dengan uang. Dan sadar juga aku anak pertama dan dua adikku masih kuliah di dua kampus yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Setidaknya aku sudah harus mandiri bahkan bisa mengirim yah minimal bantuan uang jajan tiap bulannya. Makanya sebenarnya rada tertarik untuk awal-awal kerja di perusahaan oil and gas. Tapi tau sendiri kan gimana kondisi oil & gas saat ini, harga minyak turun, perusahaan tidak hiring bahkan banyak karyawan baru yang di off, sabar ya teman-teman FTTM :( Rezeki sudah ada yg ngatur kok.
    .
    Alasan kedua sebenernya masih terkait dengan mimpi sekolah di Amerika. To be honest I prefer directly apply master study as soon as I graduated from ITB. But it needs money as well. Terutama kampus Amerika. Butuh TOEFL IBT/Ielts yg tesnya ratusan dollar, butuh GRE juga yg tes verbalnya susahnya minta ampun which is minimal harus ikut intensif, kemudian formulir kampus juga berbayar (karena seharusnya ga ngeapply ke satu kampus doang, tapi lebih), which means all of them need money. Aku ga mau pakai uang tabungan tanpa ada pemasukan, apalagi harus minta orang tua. Therefore I decided I need to work first sambil mempersiapkan hal-hal tersebut. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.
    .
  3. Tidak ingin terikat lama
    Sebisa mungkin aku tidak ingin memiliki kontrak yang lama dahulu, misal sampai 5 atau bahkan 10 tahun. Karena memang mencoba mengikuti middle term target untuk lanjut studi S2. Target sih maksimal kerja 3 tahun sebelum lanjut kuliah lagi.

Kriteria Sunnah/Tambahan

Nah untuk yang di bawah ini sebenarnya kriteria sunnah atau additional. Kalo dapat Alhamdulillah, kalo ga juga ga masalah, asal 3 kriteria utama bisa terpenuhi

  1. Lokasi di Jakarta
    Ini jadi nomor satu meski cuma di kriteria sunnah. Karena penting banget, mungkin bisa masuk ke kriteria utama haha. Jujur aku masih cups banget daerah Jakarta. Ditanya kuningan ke sudirman, Sarinah ke simatupang, Depok ke Senayan, bener-bener ga tau. Lewat tol mana, terus mana yang jaksel, jakpus, jaktim dll. Blank dah sumpah. Makanya orang-orang pada menghindar hidup stres di Jakarta, aku justru malah pengen pisan (at least for a moment). Karena Jakarta benar-benar pusat bisnis di Indonesia and I think I need to know the area for future business. Ma’rifatul medan bahasa kerennya haha. Yah tapi semoga ga grow old di kota super macet ini juga ;)
    .
  2. Perusahaan Teknologi
    I prefer to work in IT based or technology based company. Maksudnya yang produk utamanya berkaitan dengan IT, hardware atau software. Jadi bukan pupuk, makanan, minuman, sabun. Bahkan minyak dan tambang juga mager sebenernya hihi.
    .
  3. Tidak ingin terlalu engineering
    Ini sebenernya rada ga jelas sih kriterianya, wong aku lulusan engineering. Yah intinya prefer yang bukan dibagian “engineering banget” lah, engineering-engineering dikit(?) gapapa lol. Silahkan dipersepsikan sendiri ding haha
    .
  4. Multinasional
    Multinasional Company (MnC) salah satu yang ingin aku masukin untuk pengalaman pertama paska kampus. Denger-denger dari senior sih, MnC kebanyakan sistemnya sudah bagus, settle, jadi ingin belajar saja dari mereka. Ditambah kemungkinan banyak jaringan global juga yang bisa didapat.

—-

Nah dari kriteria-kriteria itu dimulailah perjalanan menjadi seorang job seeker haha. Yang ternyata faktanya dunia ga seideal itu. Bahkan sempet di suatu waktu terbesit, bodo amatlah sama kriteria, nu penting kerja heula we lah sekarang. Haha. Ya begitulah. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

11507708-large.jpg

Total E&P Indonesie

Ini tes kerja pertama yang aku apply. Dulu banget sebelum lulus. Jaman harga minyak belum turun. Pengalaman menarik, karena pertama jadi bener-bener gaada pengalaman sama sekali sebelumnya.

Random kirim CV, Alhamdulillah lolos ke tes tulis (ada ga ya lupa) & wawancara HR. Wawancaranya standar sih tentang diri dan pengalaman. Terus lanjut ke wawancara User di Jakarta, which is pertama kali banget juga. Jadi gatau menau apa itu user dll. Dateng we dulu lah ke Jakarta, paling ditanya tentang diri, rencana ke depan kaya wawancara HR. Tapi ternyata beda banget teman-teman!! Dibantai abis aku waktu itu lol!!

Yang ngewawancara top manager alumni ITB (tekim atau mesin lupa). Dia nanya banyak

“What do you know about TOTAL company visions?”
“Whaaat…. ” *Dalem hati, mana aku tau -_-*

Aku kira wawncara user teh kaya wawancara HR gitu, tentang diri, CV, sifat, plan ke depan dll. Tapi bukan itu banget. Melainkan tentang company profile, kompetensi dll. Langsung jujur aja ku jawab polos

“I haven’t read it sir”
“So what do you know about TOTAL?”
“Umm, it’s Oil and Gas Company from France”
“In term of what? Then what other else besides Oil and Gas that we do?”
“Umm, I don’t know sir”
“…. so why do you want to join us!!?”

Edan lah kena marah haha. Ya karena jujur emang ga ada persiapan sekali. Terus pembantaian masih belum usai

“What do you know about thermodynamics in oil and gas industry?”

Bzzzz. Termodinamika aku dapet BC coy lol. Dan itupun satu mata kuliah basic science. Yah kalo dasarnya sempet aku jelasin singkat, hukum termo I dll. Itupun rada terbata-bata. Akhirnya in the end aku berdalih

“I am from Electrical Engineering sir, I don’t study much about thermodynamics”
“I know, but that’s the core of our industry. And it’s basic enough to explain!!”

Nada tinggi gitu. Iya pak. Hampura pak. Beneran lupa pisan. Akhirnya aku cuma ngangguk-ngangguk. Yah begitulah pengalaman daftar kerja pertama. Akhirnya gaada panggilan lagi. Yakali dipanggil lol. Benar-benar sebuah pelajaran cukup kacau tapi berharga. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Result: Failed
Lesson learned: Try to know more about who we want to apply

—-

Toshiba Japan

Ini juga sama daftarnya sebelum lulus. Jadi masih ngerjain TA. Aku sempet cerita juga terkait ini di tulisan ini:

https://afifizzatullah.wordpress.com/2015/01/20/mukjizat-istikharah-pertolongan-allah/

Cukup panjang juga, lolos tes tulis, wawancara HR, hingga dipanggil ke jakarta untuk presentasi TA ke manager-manager dan semuanya orang Jepang langsung. Kalo ini lolos paska lulus aku langsung kerja di Jepang. Tapi tidak ada panggilan lagi,which is ditolak, karena menurutku ada 2 alasan. Topik TA yang ku kerjakan cukup beda dengan proyek mereka. Kedua ketika di tanya “How long you are able to work with us” aku cukup ragu jawabnya. Kalo kata senior sih, Toshiba butuh orang yang benar-benar komit. Ga cuma 5 tahun itu mah sebentar. Tapi komit untuk kerja di sana yah 10 tahun atau lebih. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Result: Failed
Hikmah: Allah masih menghindarkan aku dari mengabdi lama di perusahaan asing

—-

Samsung Indonesia

Ini aku daftar Graduate Trainee Program, sama juga sebelum lulus. Tepatnya sebelum berangkat ke Jerman. Sudah cukup panjang juga, ada tes tulis, wawancara HR hingga dipanggil ke Jakarta wawancara user. Kali ini aku ga mau ngulangin kesalahan yang sama, profile Samsung benar-benar kubaca dan kompetensi yang aku punya aku coba pelajari.

Tentang perusahaan aku lancar jawabnya. Tapi ada satu blunder yang aku rasa salah satu sebab aku ga lolos. GTP ini dibagian Sales & marketing, mereka butuh orang yang mau turun ke bawah dan low profile. Sedang aku waktu itu ngerasa ngeajawabnya sok-sokan menonjolkan sisi leadership. Aku pernah pengalaman di organisasi ini, pernah mimpin disini, seakan-akan terkesan high profile. Tidak menunjukan sebagai followers yang baik. Padahal good leader is good follower. Dan mereka butuh orang-orang itu. Dan aku baru sadar setelah wawancara. Langsung istighfar.

Tapi Alhamdulillah, aku diterima Intern di Hamburg, which means, kalo pun aku lolos GTP ga bakal bisa aku ambil karena aku harus berangkat ke Jerman. Allah benar-benar tau yg terbaik ya :’) La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Result: Failed
Lesson learned: Hindari ujub, dan terlalu jumawa dengan diri sendiri. Try to be humble, bahkan Rosul pun disaat sahabat berlomba menguliti, memotong daging, memasak, beliau berkata “biar aku yang mencari kayu bakar” :’)
Hikmah: Allah always knows the best dan secara adil memberi rezeki untuk kandidat lain, karena aku pun misal lolos ga bisa aku ambil karena harus ke Jerman

—-

Seiinget aku sih, tiga perusahaan itu yang pernah sempet aku daftar sebelum lulus di tahun lalu. Terus bulan juli 2015 Alhamdulillah aku berangkat 2 bulan ke Hamburg untuk Intern dan pulang ke bandung September, untuk langsung wisuda Oktober 2015. Nah paska wisuda beban mental datang. Selalu di tanya sibuk apa sekarang? Kerja dimana? Atau lagi S2? Haha. Ampun dah.

Akhirnya ketika ada karir fair di Sabuga aku coba untuk sebar CV ke banyak perusahaan lol. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah. Sambungannya ditunggu ya di post selanjutnya:

Journey to Find Rizq (IV): Brute Force Mencari Kerja

 

Journey to Find Rizq (II): Opsi-opsi

Post ini kelanjutan dari post sebelumnya, bisa dibuka di link berikut:

Journey to Find Rizq (I): Short, Middle and Long term Plan

Untuk mencapai middle dan long term goal, didiferensiasikan lah menjadi milestones jangka pendek yaitu “what should I do after grad?” Untuk menjawab ini aku mencoba memetakan peluang dan keadaan. Sehingga terdapatlah 3 cabang opsi short term plan, yaitu:

Lanjut S2 di luar negeri dulu, langsung terjun di dunia bisnis, atau bekerja dulu di suatu perusahaan.

asd

Opsi 1: Lanjut S2 di luar negeri

Hmm. Sangat ingin sebenarnya. Dan memang sejak tingkat 1 ingin sekali melanjutkan studi di luar negeri. Apalagi di negeri Paman Sam, Amerika. Wah mimpi dari SMA kalo ini mah. Dan sekarang in syaa Allah menjjadi tujuan jangka menengah diri yang sudah ditulis di post sebelumnya.

Tapi ada beberapa konstrain utama.

Pertama, aku tidak ingin asal random mengambil jurusan paska lulus, yauda we, misal, daftar LPDP, kampus bebas lah dimana we yang penting US. Jurusan? Yah intinya rada elektro atau Informatics. Terus, habis lulus ga tau mau ngapain!? Karena memang jalur akademisi tidak menjadi mimpi jangka panjang. At least hingga saat ini. Meski sebenarnya asik pisan bisa menjadi amal jariah. Tapi yah mengajar juga ga harus di kelas kan.

Kedua, Alhamdulillah, aku sempat merasakan hidup lama di beberapa negara di luar negeri ketika masih kuliah. Tapi… sendiri! Dan di luar sana benar-benar gersang serius. Safar itu memang benar-benar salah satu cobaan bagi muslim karena tidak bisa ibadah layaknya di rumah. Iman benar-benar down. Pas di Hamburg, terutama kerasa pisan. Sendiri. Teman sekamar non-muslim. Gaada yang ingetin dan nasehatin. Jetlag waktu shubuh karena siang yang panjang. Akhirnya kacau.

Gaada yang ngingetin untuk tadarus. Gaada yang ngajak ke masjid. Gaada yang ngajak jamaah. Gaada yang ngingetin waktu sholat. Down pisan lah intinya. Sampai akhirnya merujuk ke satu kesimpulan, aku ingin melanjutkan studi ke luar negeri, tapi tidak sendiri. Ya jadi parameternya bukan waktu, tapi ketika sudah memiliki pasangan yang mahram.

Akhirnya opsi 1 untuk langsung lanjut studi di luar dicoret. Studi ditunda paska menggenapkan setengah agama. Aamiin. Minimal ada yg menemani dan mengingatkan di dunia gersang di luar sana. Untung-untung “temen” ini juga mau lanjut S2. Ga juga gpp sih haha. Allahu’alam. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

d064f54eacb6ef92c590422aa5286d78

Opsi 2: Langsung terjun di dunia bisnis

Sebenarnya opsi ini sudah aku coba jalanin sejak mahasiswa. Pertama saat tingkat 2, sempat buat CV penerbitan buku. Waktu itu bareng beberapa teman, anak ITB dan UI, kita punya kenalan Prof. Gunter Pauli, penulis buku blue economy, ketemu ketika conference di Jepang. Beliau ingin bukunya terbit dalam bahasa Indonesia. Akhirnya kita ambil proyek itu. Aku dan teman namanya Bisma (AS 10) ke notaris dan jadilah CV Akast Publishing. Berhasil tercetak sekian ribu buku untuk dikirim ke kementrian. Tapi balik lagi margin ga begitu besar, karena masih awal. Plus anak-anaknya yang ngurus masih kuliah, akhirnya pada mencar-mencar, ga dilanjutin. Collapse.

Lanjut coba-coba bisnis pas tingkat akhir. Aku sempat berjualan gift wisudaan. Hasil: effortnya gede pisan, ga sesuai dengan untung yang didapat. Akhirnya bisnis berhenti terakhir di wisuda oktober ITB, abis itu ga dilanjutin. Collapse.

maxresdefault.jpg

Sempat juga mencoba masuk ke ranah kuliner. Waktu itu ada modal didapat dari dana PMW. Akhirnya nekat sendiri membuka warung kecil di Dago pojok. Bayar sewa langsung 6 bulan. Memperkerjakan satu karyawan, namanya Pak Dadang, aseli Garut ketemu random ketika ngobrol-ngobrol di depan kontrakan. Awalnya coba buka Warkop. Sepi. Terus ganti batagor. Sepi juga, yang ga laku jadinya dimakanin anak-anak kontrakan. Hiks, sedih. Terakhir jualan minuman pas Ramadhan. Masih sepi juga. Akhirnya aku dulu dengan Pak Dadang mencoba berganti bisnis, pangkas rambut.

Ngeliat pangkas rambut beberapa blok dari tempat dagang rame terus. Langsung mikir: ‘Wah ieu prospek pisan pak Dadang!!’ Akhirnya kami memperkerjakan satu karyawan lagi, sodaranya Pak Dadang di Garut yang bisa pangkas rambut. Kami datangkan ke sini. Dengan sisa modal yang ada aku belikan satu set peralatan cukur. Kursi. Cermin. Poster Top model lol. Dll. Kemudian bulan Juli, aku harus berangkat ke Jerman. Ditinggalah bisnis ini dititip ke Pak Dadang. Sama minta tolong temen sesekali pantau aja ke tempat.

Tapi, beberapa minggu kemudian ketika aku masih di jerman, temen ngechat: “Kacau fif, ga keurus. Kacanya pecah. Terus kata pak RTnya, udah lama ga ada yang jaga.” Singkatnya: Collapse. Lol. Bisnis memang ga segampang yang ditulis di buku-buku. Haha

Lanjut ketika tingkat akhir, mulai sedikit lebih serius. Aku dan beberapa teman yang sudah lulus mencoba masuk ke dalam bisnis berbasis teknologi yaitu Aerial Photography dengan Drone. Ini sebenarnya aku lakukan paralel dengan usaha kuliner di atas. Disini juga sok-sokan aja dapet title perdana, Chief Marketing Officer. Ada websitenya bahkan http://www.ius-sinai.com/. Di bisnis ini sekali proyek bisa dapet gede. Tapi untuk dapetin kliennya, susah pisaan. Ya tadi emang harus sabar baru awal-awal. Kemudian di tengah-tengah aku harus berangkat ke Jerman dan akhirnya keluar dari team. Singkat cerita: Collapse. 

DSC_0317

DSC_0331

Yang terakhir adalah sempat mengajukan proposal untuk menjadi tenant di Kantin baru ITB. Aku dan tim waktu itu 4 orang, 1 orang anak unpad aseli gorontalo, mengajukan proposal tenant, namanya Warung Celebes. Yaitu makanan khas Sulawesi. Dari 190 proposal yang diajukan kami sempat masuk 29 besar dan masuk tahap display produk. Sayang sepertinya tenant lain lebih cocok dengan mahasiswa ITB dan lebih memiliki banyak trackrecord. Akhirnya: Collapse.

Sebenarnya ada beberapa bisnis lain, untold versionnya lah, sempet mau coba buat apps. Bisnis smart home. Tapi kalo di tulis semua bakal penuh. Haha. Tapi tetep hampir semua berakhir: Collapse.

“Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya?. (Tidak), maka hanya bagi Allah, kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.” (QS 53: 24-25)

Dua pelajaran utama yang aku dapat dari pengalaman-pengalaman di atas adalah:

  1. Bisnis sebaiknya memang tidak sendiri. Harus cari partner atau co-founder. Ini kerasa pisan pas aku coba bisnis kuliner sendiri. Wah gaada yang backup.
  2. Jangan tanggung-tanggung. Baik dari dana dan waktu yang disisihkan. Sebelumnya karena memang modal masih sedikit, jadi tanggung buat spend banyak-banyak uang. Misal ngerenov warung biar lebih nyaman, ya karena memang belum ada banyak uang. Jadinya ga dilakuin. Padahal itu sangat ngaruh untuk promosi dan marketing awal. Kemudian terkait spending time. Kemarin-kemarin emang pecah fokus, sambil TA, harus ke Jerman dll. Yaudah jadinya ga keurus

Opsi bisnis ini sebenarnya masih dicoba terus paralel dengan opsi ke 3: cari kerja. Sebenernya opsi ini ideal banget kalo misal aku mendapat proyek gede dari dosen. Jadi sambil bisnis, juga ada pemasukan lain dari proyek. Karena bisnis butuh kesabaran, ga bisa langsung untung.

Akhirnya dijalanin lah paralel dengan Opsi ketiga. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah

Opsi 3: Bekerja dulu di suatu perusahaan

Nah khusus untuk opsi ini -yang kemungkinan bakal jadi pilihan akhir tujuan jangka pendek dan Allah also had shown me the way- akan ditulis di part 3 di link bawah ini (ditunggu aja muncul link nya ya):

Journey to Find Rizq (III): Kriteria & Pengalaman Daftar Kerja sebelum Lulus

Journey to Find Rizq (I): Short, Middle and Long term Plan

Dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya. (QS Hud: 6)

Ya begitulah, rezeki sudah ada yg mengatur tapi tetap harus ada ikhtiar untuk menjemputnya. Aku jujur sudah ada beberapa rencana paska kampus. Short, middle and longterm. Yah tentunya mengikuti apa yg Steven Covey tulis, start from the end, jadi mencoba untuk memetakan tujuan akhir yang ingin dicapai dan menurunkannya dalam milestone jangka pendek dan menengah. Meski balik lagi itu hanya rencana.

We could write plans with our pencil, but let God have the eraser. To change something better beyond our horizon.

Makanya, try to be as close as possible with Him, in order to get better future of our plans. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah :)

Okay sebelum lanjut ke bawah, want to be clarified, beberapa yang ditulis setelah ini hanyalah sebuah rencana dan mimpi. Fail to plan is plan to fail. Minimal hidup ini tidak mau hanya mengikuti arus. Kalo kata Napoleon Hill di bukunya “Think and Grow Rich”, tujuan itu harus ditulis, bahkan sedetail-detailnya. Kemudian tidak cukup seperti itu, harus juga dibayangkan dan diucapkan sebelum dan bangun tidur. Dan yang paling penting ya dikerjakan.

As a muslim, we should have a dream. Ralat. We must have a dream. Check out tulisan sebelumnya disini. Tapi tetap keputusan Allah adalah keputusan tertinggi. I don’t know whether all of these plans and dreams that I want to write here will come true or not. But Allah must know the best. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Middle and Long Term Plan

Aku mempunyai tujuan jangka menengah (setidaknya hingga saat ini, belum tahu kedepannya bakal berubah atau tidak), yaitu:

Kuliah di Amerika, kerja dan tinggal sementara di sana (jika memungkinkan di Silicon Valley), mendirikan startup disana

Mengapa Amerika? Okay terlepas dari next presidentnya Trumph atau bukan, memang mimpi ke negeri paman Sam ini sudah ada sejak SMA. Ingin mengunjungi negara -yang bisa dibilang- paling berkuasa saat ini. Negara paling liberal dan kapitalis. Yang mata uangnya sealu dipakai untuk konversi di dunia internasional. Yang katanya hampir sebagian besar perputaran uang di dunia terjadi di negara ini.

Ingin juga tinggal dalam jangka waktu tertentu disana. Merasakan hidup disana. Mencari pengalaman, jejaring, power, ilmu dsb yang bisa mensupport tujuan jangka panjang hidup. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Terus apa long termnya? Nah, untuk tujuan jangka panjangnya, yaitu:

Kembali ke Indonesia. Membuat perusahaan di bidang teknologi, yaitu masuk ke kuadran B (business). Kemudian terjun ke dalam dunia investasi di kuadran I (investor), dan menjadi investor untuk startup teknologi di Indonesia

*diambil dari buku Cashflow Quadrant karya Robert T. Kiyosaki

Financial-Quotient_10

Sebenarnya mimpi ini terinspirasi dari perkataan dosen. “Kalo saya punya 100 Triliun mending saya buat perusahaan semikonduktor.” Aku lupa angka pastinya sekian triliun lah. Tapi intinya begitu. Instead of investasi di properti, pangan, dll, aku bermimpi untuk bisa berinvestasi dalam bidang teknologi.

Yah tentunya ini harus selaras dengan politik negeri yang mendukung. Aku beberapa hari belakang baru sedikit berkecimpung dalam dunia peralumnian. Dan bahkan ada 2 pemilu besar sekarang, IA ITB pusat dan IA ITB Jabar. Akhirnya banyak ngobrol dengan alumni-alumni. Dan salah satu kesimpulan, mendirikan bisnis besar di Indonesia ga segampang buka warung di pinggir jalan. Apalagi teknologi. Gesekan politik nya gede bos. Haha. Yah tapi gapapalah ya. Sekarang mumpung baru lulus, belum banyak ketemu realitas, idealisme dijaga dulu aja. Yah, semoga presidennya nanti juga teman sesama alumni ITB yg “gaul”. Hihi. Korea aja bisa, mengapa kita kaga.

Terus terkesan rada muluk amat ya? Ya gapalah. Namanya juga mimpi, imajinasikan saja setinggi-tingginya. Seperti kata pepatah kan, mimpi mah ke bintang tertinggi aja, kalo pun ga kesampean, jatuh juga di bintang-bintang di bawahnya. Bukan ke tanah. Hehe. La Haula wala Quwwata Illa Billah…  La Haula wala Quwwata Illa Billah.

Nah tujuan jangka menengah dan panjang tersebut, diturunkan lagi menjadi tujuan jangka pendek, yaitu shorterm plan. Disini yaitu adalah apa yang harus dilakukan paska lulus dari kampus.

Short term Plan

Simplifikasi, sebenarnya ada tiga pilihan jalan utama yang mostly dipilih fresh grads ITB. Akademisi, profesional, dan Bisnis. For me,to be honest, aku mencoba menyesuaikan tujuan jangka menengah dan panjang seperti yang sudah ditulis sebelumnya, yaitu masuk ke dunia bisnis dan memiliki perusahaan global di bidang teknologi.

Nah, teknologi ini sebenarnya yang kadang masih awang-awang dan berat untuk di capai di Indonesia. Jadi akhirnya aku coba memetakan peluang dan opsi. Ada beberapa cabang pilihan:

lanjut S2 di luar negeri dulu, langsung terjun di dunia bisnis, atau bekerja dulu di suatu perusahaan. Opsi mana yang sebaiknya dipilih dan apa saja pertimbangannya, itu in syaa Allah akan bersambung di jilid 2 tulisan ini yang bisa dibuka di link ini

Journey to Find Rizq (II): Opsi-opsi

A Little Piece of Dream: Amerika, Kampus dan Bisnis Start-up

Post ini  merupakan sambungan post sebelumnya, yang bisa dilihat disini:

[Prolog] A Little Piece of Dream: Mimpi, Memori dan Amerika

move-forward

Yah, memang ada yang bilang, kekuatan utama ketika kita dalam posisi paling bawah dalam hidup; ketika kegagalan bertubi-tubi menghantam jiwa;  ketika kenyataan yang datang jauh sekali dari harapan; dan ketika nurani kita merasa hidup ini tidak lagi memiliki arti; adalah Keyakinan bahwa masih ada hari esok, keyakinan akan asa yang akan bangkit dikemudian hari. Memang itulah satu-satunya tenaga yang tersisa untuk terus bergerak, menembus lika-liku hidup menuju secercah cahaya harapan.

Oleh karenanya jangan pernah berhenti menatap masa depan. Mengepalkan tangan kedepan, menuju cahaya matahari yang menghangatkan, untuk selalu memiliki cita-cita menjadi manusia yang Allah dan Rasul idamkan.

“Berhenti bercita-cita adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia”
― Andrea Hirata, Sang Pemimpi

Amerika dan Kampusnya

Awal cita-cita saya ingin meneruskan studi di Amerika adalah ketika masa SMA, beberapa kakak kelas saya ada yang berangkat untuk pertukaran pelajar selama 1 tahun di US. Mendengar cerita-cerita mereka bagaimana kehidupan di sana, betapa beragam orang-orangnya dan luar biasanya kemajuan teknologi yang ada, membuat saya ingin segera menginjakan kaki di sana.

Cita-cita itu kembali mengangkasa ketika saya bertemu dengan kakak kelas dan dosen yang kebanyakan alumninya jebolan dari berbagai universitas di Amerika. Kakak kelas saya yang pernah melakukan riset di CMU (Carnigie Mellon University), pernah bercerita bagaimana mahasiswa di sana sangat bersahabat dan menerima kehadiran orang baru. Fasilitas dan teknologinya pun sangat mumpuni untuk mendukung kegiatan dan ide-ide para mahasiswa. Dan yang paling penting masyarakat muslim di sana mulai berkembang dan diakui oleh negara. Yah setidaknya dibandingkan Jepang -bahkan musholla di Bandara saja tidak ada (pengalaman)- dengan kehadiran masjid yang langkanya luar biasa, Amerika masih jauh lebih baik.

Masjid Masyarakat Wisconsin Utara di Altoona, Wisconsin.

Masjid Masyarakat Wisconsin Utara di Altoona, Wisconsin.

Dari republika.co.id, jumlah masjid di Amerika Serikat bertambah sebanyak 74 persen sejak tahun 2000. Pada 2000, tercatat 1.209 masjid di seluruh negeri Paman Sam. Jumlah masjid meningkat menjadi 2.106 masjid pada 2010. Sebagian besar masjid itu dibangun di New York dengan total 257 masjid, California dengan 246 masjid, Texas dengan 166 masjid dan Florida dengan 118 masjid. Yah setidaknya dengan kehadiran masjid, bisa menolong untuk terus menjaga hati dan iman dalam waktu yang cukup panjang di sebuah negara yang liberal.

Penguatan keinginan lebih membuncah ketika dosen saya menguatkan dengan argumennya bahwa sangat disayangkan jika kita yang mengambil kuliah S1 ITB (terutama perogram studi elektro), melanjutkan S2 di dalam negeri. Karena banyak mata kuliah S1 yang diulang, ditambah media dan fasilitas yang belum bisa mengimbangi beberapa riset dan thesis yang notabene membutuhkan teknologi tinggi. Sehingga untuk pengembangan  teknologi memang sebaiknya mahasiswa merantau dan mencuri ilmu dari luar negeri.

Tech-Startup Enterprise

Kampus-kampus di Amerika sudah tidak diragukan lagi sangat produktif menghasilkan para founder & entrepreneur terutama di bidang rekayasa teknologi (atau tech-based) yang berhasil memperkerjakan banyak orang. Bisa dilihat di link forbes di bawah ini”

http://www.forbes.com/sites/michaelnoer/2012/08/01/the-most-entrepreneurial-colleges/

Diambil saja salah satu contohnya,  kampus top di telinga para engineer, MIT, berhasil membangun 25.600 perusahaan yang semuanya dirintis oleh alumnus MIT dan berkisar memperkerjakan 3.3 juta orang di Amerika! Atau salah satu universitas impian saya, California Institute of Technology (berada di posisi ke empat, berdasarkan forbes), alumnusnya Charles Trimbles, berhasil menemukan “Trible Navigation” yang memiliki revenue hingga $1.6 billion.

Bisnis berbasiskan high-tech, sangat berkembang di Amerika karena mereka memiliki fasilitas dan pangsa pasar yang besar, baik untuk rakyat mereka sendiri maupun di ekspor ke luar negeri. Sebut saja Sillicon Valley, pusat seluruh perusahaan IT berkumpul, sehingga mitra sangat mudah ditemukan.

Oleh karenanya salah satu visi saya ke depannya adalah berhasil melanjutkan kuliah S2 di Amerika sekaligus membangun perusahaan start-up di sana. Bidang yang ‘mungkin’ saya geluti (hal ini masih sangat bisa berubah kedepannya dikarenakan masih perlu banyak inputan dan pengetahuan lebih) adalah terkait rekayasa komputer dalam hal mixed reality. Mungkin ada yang pernah mendengar istilah “augemented reality”, yah disitulah (hingga saat ini) saya ingin coba tekuni. Mengapa? jawabannya simpel karena cukup aplikatif dan bisa diterapkan di banyak hal, terutama untuk bisa menolong banyak orang.

Menjadi wirausaha tidak harus DO, ataupun putus kuliah. Justru dengan ilmu yang lebih mumpuni, kita bisa semakin kreatif berinovasi dan berkreasi untuk rekayasa piranti. Banyak orang-orang sukses contohnya saja Bapak Sehat Sutardja yang berhasil mendirikan perusahaan semikonduktor (Marvell Technology Group) di Sillicon Valey. Beliau adalah alumnus Teknik Elektro dan Ilmu Komputer di Universitas California, Berkeley. Berdasarkan data dia pernah menjadi 10 orang terkaya di Amerika versi majalah forbes.

Terus, berarti tidak nasionalis dong? Yah jujur pandangan saya, nasionalis tidak melulu harus ‘berdiam’ di tanah air dan mengabdi di sana. Saya -jika Allah berkenan untuk memberikan kesempatan belajar di Amerika- akan sebisa mungkin menuntut ilmu dari sana. Mencoba merintis perusahaan, memperluas jaringan, memperlebar wilayah berfikir, bertukar gagasan dengan orang-orang expert, dan dengan modal dan pengalaman tersebut mencoba membangun perusahaan di Indonesia.

Mungkin terdengar terlalu idealis (atau mungkin utopis?). Yah tidak ada yang tahu. Yang paling bisa menentukan adalah Dia yang memiliki kuasa atas segala sesuatu, Allah SWT. Yang bisa dilakukan manusia adalah bekerja dan berusaha, untuk hasil akhir biarlah Dia yang menentukan.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
(Q.S. Al-Baqarah : 216)

Dari alasan-alasan di ataslah, membuat saya segera mematok tujuan untuk bisa belajar di Amerika ini, di hadapan saya. Tapi tidak menempel di kening, lebih baik membiarkan dia menggantung, mengambang 5cm di depan kening sehingga dia  tidak akan lepas dari mata yang menyorot masa depan.

dreams

Masih banyak yang ingin saya ceritakan sebenarnya tentang serpihan mimpi “a little piece of dream” ini. Apakah dengan ini saya hanya mencoba berwacana? Atau bagaimana dengan potensi-potensi alam Indonesia, mengapa tidak bisnis dengan hal tersebut saja? Ada yang bilang “Indonesia mah susah mau buat bisnis, mending kerja aja, zona nyaman? atau di multinasional tuh! kan bisa freshgraduate gajinya belasan juta”? bagiamana tanggapan saya?

Ditunggu part terakhir dari bab EPILOG curahan kecil “A Little Piece of Dream” saya berikutnya.[]