Sepatu

Ayu: Before the answer, could I know… why me?

Cakra: It’s because… your shoes

Jeng jeng. Took my sweater hoodie up. Then truly shedding tears.

Dua penggal percakapan di atas adalah adegan super favorit gw di film Sabtu bersama bapak, yang ga diceritain di buku (Atau ada ya(?), lupa udah lama baca buku nya). Tapi serius itu scene keren pisann. Gw sampe nangis parah pas adegan itu, sumpah wkwk. Punten kalo yg belum nonton rada spoiler.

Ini gw random di kantor, sebenernya lagi mayan banyak kerjaan, tapi satu kerjaan ada yg nunggu developer beres ngoding dulu baru gw bisa kerja lagi, which is sekarang lagi kosong. Random pengen nulis tentang film sabtu bersama bapak deh jadinya.

Intinya pengen bilang… si Ayu a.k.a Sheila Dara cakep banget ya! wkwk #istighfar Bukan itu. Tapi emang cakep sih #eh. Baru tau doi newcomer dan main di stereo (dari googling). #naha jadi dibahas -_-

Tapi pengen bilang:

“People fall in love in mysterious way”

Kaya lirik lagu ya. Tapi gw cuma ngambil literally sepenggal potong itu aja kok. We in a matter of fact, fall in love with people in mysterious way. Jadi ga hanya sebatas fisik doang. Mungkin itu yg dinamakan inner beauty ya *eaa *lama-lama mual nih gw. Dan tapi menurut gw that “mysterious” thing is reflected from who we are.

Kita jarang sholat, jauh dari islam, Quran di rumah debuan, mana bakal fall in love up for religion. Kaya si cakra kan, sering sholat di musholla, terus ngeliat sepatu hak terus setiap harinya, jadinya fall in love karena sepatu deh. Kalo sering nongski, ke cafe, mall, bioskop, yah ntar ujung-ujungnya malah fall in love in mall-ious way (?).

Jadi inti tulisan ini apa? Apakah bumi itu bulat atau datar ? Nahlo. Silakan simpulkan sendiri *udah ada kerjaan lagi*. Bye[]

 

A Dream of meeting prophet

Umm.. before I write this, for disclaimer while reading, I just want to make sure, never extrapolate anything from this post. Never conclude or draw a conclusion. Never self-interpret moreover in exaggeration way anything even just a single word. Never deem as something special.

Today I was awaken from a sleep. In the morning like usual day. There was no something special happened yesterday. There was no any omen which galvanized me to do a good deed. But I dreamed something adequately indescribable in my sleep last night.

Yap. I dreamed of meeting my prophet, Rosul SAW.

I don’t know either it is right or not, but when I woke up I still remembered a bit of my dream scene. I wrote this just want to perpetuate what I saw in that dream and maybe someday I could ask someone to interpret what is the real meaning of this dream.

And yah, one more, what I will write in here, maybe not exactly same with what I dreamed of last night. Since you know dream is truly same with what is described in Inception movie, or like what you occasionally dream in your sleep, something illogically happened and naturally moves from scene to scenes. Here I try to assemble those puzzle scenes and describes it with the words as thoroughly as possible.

So in my dream last night, there were two -let’s say- factions. Both of them clashed of each others. I was a member of one faction which was against the prophet’s faction. There were kind of war at that time and I was truly confuse why should I fight my prophet?

I asked my leader’s faction about that. I mean he is prophet, Rosul SAW, why should I fight against him. I didn’t exactly remember what was his answer. But what I captured from my faction’s leader answer is just follow his order because indeed I was his faction’s.

I doubted a moment. I knew he was truly my prophet. Then I decided to trail my prophet silently. I still remember -if I’m not mistaken- at that time, the physical shape of his body when I trailed him from behind.

This is actually the crucial one. I just googled about a dream of meeting Rosul, and the hadits said syaitan are not able to imitate him. BUT… he is able to be someone and confess that he is him. Therefore I need to make sure that the characteristic of his physical is without discrepancy between what Hadits say and what I saw in the dream.

From what I remember in my dream, he was like an Arab people. I mean physically like an Arab people as we know: wearing a long Gamis, a turban around his head, and the color of everything he was wearing was grey. He was tall and had a very long beard. I think he was old enough maybe around 40s. But because I trailed him from behind I didn’t see his face.

Then in that dream, he entered a house and there was another person in that house as well. I was still behind him while he opened the door and went inside it. My memory of the dream scene is a bit blur till here.

If I’m not mistaken, I also entered that house and seeing his face opened the door for me while perhaps smiling (not sure). I came inside the house and looked at another person with him in that house though I didn’t remember the face. I sat beside my Rosul and he said something to me, but again I didn’t remember his words. There was kind like conversation between me and Rosul, but I’m not really sure about this since the memory was so blur and I could not memorize the detail of what we were talking about. However I felt conveniently comfortable beside him. I could present his wise, his calm, and his broad of knowledge. I felt in peace.

I don’t know whether this scene that I describe through words right now is precisely same with what I dreamed last night but that is what I really felt till now. I hope it’s right. Aamiin.

And after the conversation was finished, magically without any question anymore I just trusted him. I did believed in him. And I was totally sure that his faction was right. I still felt it until know the feeling. Therefore I coalesced and became a member of his faction. And I fought for him.

Then the dream is over.

I have no memory anymore after that one. I remembered I woke up some minutes before adzan shubuh but I didn’t directly realize what I dreamed just after I woke up. I went to bathroom, did an ablution and looked at the phone the there was still time to do Tahajud. Again I still didn’t realize about what I dreamed last night till this time. After the adzan was sounded I did 2 rakaats Qobliah before going to the mosque to pray Shubuh near my kost.

And finally a moment after the last Salam of shubuh prayer, I just realized that I dreamed about my prophet last night. Then it ends up with this post I am writing right now.

Again, don’t extrapolate anything from this. I am also still not really sure about my dream last night whether it’s right or not. But I hope it’s right that I really met Rosul SAW in dream. Aamiin.

Even though I am totally aware that I am still full of sins right now, still far away from a stable Iman. I still waste many of my time, still miss many of sunnah, even many times I am not khusyu in prayer. Therefore I always hope that Allah never feel bored of me. With many sins of mine I hope he never gives up on me and far away from me. Aamiin. Allahumma Aamiin.[]

Decak acak pikiran hari pertama 2016

Yeay hari pertama 2016? Terus? Biasa aja sih. Eh ga juga, da aku mah selalu pake kalender masehi buat penanda untuk maju ke milestone selanjutnya. Pengen pisan buat kaleidoskop 2015. Semoga sempat, nanti yak ditunggu aja.

Nah untuk post ini cuma ingin nulis acak aja beberapa uneg-uneg yang ingin dicurahkan di hari pertama 2016.

***

Pertama, tahun kemarin (baca: beberapa hari yg lalu) aku baru diajak jadi salah satu tim kandidat ketua IA ITB. Menarik euy banyak pelajaran. Serasa masuk zona baru.

Makan bareng dengan senior & alumni, ditraktir terus kan tuh. Yah mental masih mahasiswa jadi masih kacrut aja, pilih yg mahal-mahal lol. Ntah mengapa dengan mereka seakan-akan uang bukan jadi hal utama lagi. Misal pernah diceritain ada satu angkatan alumni ITB, udunan 10 juta masing-masing, itumah kecil. Hal utama justru silaturahim, kolaborasi dan gerakan. Itu yang harus tetap terjaga dibanding materi.

Terus ketemu beberapa senior juga yang bisnis, wih mainan investasinya bukan puluhan, ratusan juta lagi. Udah milyaran sampe triliunan haha. Bahkan ada selentingan jumawa kaya gini dari senior

“Jadi alumni ITB jangan bercita-cita utama menjadi kaya. Sayang. Karena alumni ITB itu pasti kaya. Mimpilah untuk yg lebih besar”

Rada songong sih haha. Yah tapi jangan diresapi dalem-dalem juga. Ambil positifnya aja sebagai motivasi. La mun gimanapun alumni ITB kalo ga kerja keras ya tetep we bakal sengsara. Tapi titik tekannya di mimpi yang lebih besar itu. Disyukuri dengan almamater ini kita ada jaringan dan power yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan banyak orang.

Terus dengan ngobrol bareng mereka banyak juga mendapat referensi kehidupan paska kampus. Menjadi profesional, bisnis atau lanjut S2. Tentang politik juga banyak alumni ITB yg berperan bahkan sampai tataran nasional. Aku sih ngobrol-ngobrol dengan mereka jadi semakin mengokohkan salah satu long term goal, yaitu sesuai bukunya Robert Kiyosaki, untuk berada di kuadran I. Aamiin.

***

Kedua, tentang setengah agama. Hihi. Banyak kejadian menarik sebenernya tahun kemarin. Dan banyak dapat pelajaran dan nasehat juga dari berbagai pihak.

Tahun kemarin memang banyak pisan undangan nikahan haha, kakak kelas, teman seangkatan bahkan adik kelas. Tapi selalu asik saja membaca behind story mereka. Semakin yakin, yg namanya setengah agama bukan hal sepele yang hanya sebatas, saling interaksi dalam sosial media, di cie-ciein, pendekatan dengan interaksi yang terlalu dalam, chatting panjang, apalagi pacaran. Yg justru itu malah merusak hati dan mengganggu rasa cinta pada Sang Pencipta.

Tapi setengah agama itu benar-benar, bagaimana keseriusan untuk menyatakan taaruf, bertemu orang tuanya, menyatakan niat baik, dan berujung dengan ikatan suci pernikahan jika memang sudah Allah tentukan. Hindari pendekatan yang berlebihan, interaksi yang tidak selayaknya dilakukan. Karena ini benar-benar terkait suatu yang besar. Sesuatu yang suci. Bukan masalah suka-sukaan. Tapi benar-benar setengah dari agama. Surga dunia. Kebahagiaan hakiki. Dan merangkai mimpi bersama dengan tujuan akhir adalah surga. Jangan sampai jalan kesana terkotori dengan hal-hal yang Allah tidak suka sehingga ikatan suci ini menjadi kurang berkah kedepannya.

Makanya salah satu prinsip yg selalu aku ingat, hindari rasa yg terlalu berlebihan. Apalagi sampai sangat berharap atau memberi harapan, secara langsung atau tidak langsung (misal dengan interaksi tadi). Keep distance. Karena aku yakin, someday she will be someone’s. Dan itu sudah tertulis dalam kitabNya. Jadi jangan khawatir.

Satu lagi, hati ini juga rapuh. Jadi, sebelum ikrar itu terucap, jangan rusak hati sendiri dan orang lain. Cukuplah hati ini suci dengan rasa yang ingin selalu dekat denganNya. Ingin terus menambah ilmu agamaNya. Ingin terus tersibukan dalam aktivitas bermanfaat. Dan selalu ingin menempatkan di tempat tertinggi rasa cinta kepadaNya.

Dalam penantian pun lebih baik sibukkan dengan membaca. Datang kajian. Mengetahui apa saja kewajiban suami. Hak-hak apa saja yg harus diperoleh istri. Menyiapkan visi keluarga. Habit apa saja yg ingin dibangun. Memperdalam ilmu tentang parenting dalam Islam. Dan lain sebagainya.

Tapi yah terkait ini benar-benar salah satu yg masih misteri. Ntah skenario seperti apa yg Allah tuliskan but I always trust Him :)

***

Terakhir terkait mimpi. Hihi banyak banget mimpi di tahun 2016 ini. Tapi memang terkait ini kayaknya bakal ditulis terpisah. Kemungkinan aku bakal kerja dulu untuk setahun kedepan. Dan ada peluang untuk bisa berkunjung ke negara baru lagi tahun ini. Baru peluang haha. Yah tapi cerita terkait mimpi dan jalan ke depan ini bisa jadi satu post sendiri (semoga sempet nulis).

Overall selamat tahun baru 2016. Semoga kita di tahun ini bisa lebih baik dari tahun sebelumnya. Aamiin.[]

Kamu

Aku hanya ingin berbicara pada udara, dan berharap Allah mendengarkan. Karena Dia Maha Mendengar curahan hambaNya. Ini tentang rasa, rindu dan janji. Ini tentang kamu. Ya, kamu yang akan membersamai dalam langkah menuju JannahNya.

Aku masih belum tau siapa kamu. Dan aku juga belum ingin tahu hingga saat itu tiba. Saat rindu tersulam dalam janji sakral yang mengikat kita berdua. Bingung alasannya apa, tapi mungkin bisa disimpulkan saja aku belum siap. Siap disini bukan hanya dipengaruhi satu variabel konstan. Tapi justru multi-variabel dengan berbagai kebergantungan. Ada orang tua, keluarga, waktu, ilmu, dan juga mungkin keluangan kamu. Aku tidak ingin hadir disaat yang tidak tepat sehingga justru malah merusak alur mimpi yang sedang kamu buat. Aku juga tidak ingin memberikan “bola pikiran” di dalam ruang berfikirmu yang terbentur dengan bola lainnya. Apalagi sampai masuk ke rongga hati dan membuatmu susah menjaga diri.

Janji suci ini bukan perkataan sepele yang hanya bisa dikatakan tanpa pikir panjang. Tidak seperti orang pacaran yang mendekat tanpa tahu dia semakin jauh dari TuhanNya dan terlena dalam lingkaran hal yang dilarang. Tidak hanya sebatas rasa ataupun cinta. Teringat salah satu pendapat teman, cinta itu hanya ada setelah pernikahan. Sebelum itu hanya ada kagum, nafsu dan ketertarikan. Dan aku setuju dengannya. Jujur aku mudah sekali kagum. Dari pandangan, cerita teman, bahkan tulisan-tulisan. Sekilas aku langsung jatuh cinta. Nope. Aku koreksi, aku hanya kagum, bahkan itu bisa saja dipengaruhi nafsu. Astaghfirullah.

Kamu masih misteri. Dan hanya di buku itulah -buku rahasia yang hanya Allah yang tau- tertulis namamu. Lengkap dengan waktu dan kejadian yang membuat kita bersatu. Aku sekarang mungkin belum mengenal kamu, atau mungkin justru sudah akrab denganmu. Bisa juga aku adalah temanmu sejak kecil, atau bahkan kita baru bertemu hanya saling tau nama dan sedikit rupa. Mungkin juga kita saling tau tapi belum pernah bertemu. Aku tidak tau. Tapi satu pesan untukku dan juga kamu, jangan sekali-kali berasumsi apalagi sampai berharap. Karena hati ini mudah sekali dibolak-balikan oleh Sang Maha Penguasa hati. Biarlah Dia yang mengindahkan pada waktunya.

Mungkin kamu sempat membaca tulisan ini, mungkin juga tidak. Karena sekali lagi aku tidak tau. Aku sekarang ingin menyelesaikan amanahku sebagai mahasiswa dulu. Sebelumnya sempat terbesit dipikiranku untuk segera bertemu kamu sebelum lulus. Tapi ternyata Allah belum mengizinkan, orang tuaku pun masih belum mau membukakan pintu. Sudah sempat aku berbicara, berkali-kali, tapi mereka tetap ingin aku menggunakan toga terlebih dahulu.

Aku tidak mau segera dan juga tidak mau berlama-lama. Izinkan aku mendatangimu di waktu itu, yang aku juga belum tau kapan dan siapa yang harus aku datangi.

Tapi percayalah Allah Maha Tahu yang terbaik untuk hambaNya. Percayalah kepada Dia, kita akan bertemu di satu waktu.[]

Tentang Nama

Disini saya ingin menulis sebanyak mungkin rangkaian kata. Cerita, pengalaman, pemikiran, pembelajaran dan semua hal yang mungkin tidak terlalu penting untuk bisa menjadi sebuah tulisan. Salah satunya post ini. Haha.

Kali ini saya ingin berbicara soal nama. Ya literally nama. Muhammad Afif Izzatullah. Itu nama lengkap saya. Tapi uniknya di daerah barat atau beberapa negara mereka memiliki surname atau family name which most of Indonesia people don’t have. For example mine. I don’t have surname. I only have full name. People daerah barat biasanya memanggil secara sopan/formal surname kita atau dalam kasus saya nama belakang saya. So to say Mr. Izzatullah. But for infomal or between friends they usually call with the first name. Yes,in my case is Muhammad.

Many of friends the first time call me Muhammad. Even not the first time. I have already introduced to some of my Europe friends “just call me Afif”. Still, sometimes they don’t remember it the next time we meet, and call me Muhammad. Well I am so happy be called as Muhammad, but just feel it is so heavy-burden. Indeed he is our prophet. So I get more comfortable with the call just Afif.

***

Tentang nama, I personally want that my children (insyaAllah, aamiin) have name a bit more adaptable to both east and west countries. So at least it has the first name as the nick name, so he/she will be easier to introduce name to the other people. I also prefer he has so-called like family name, which maybe, the combination of my name and you. Yes you! lol.

Well just random thought though. It is only about the arrangement of the full name. About the meaning of the name itself, I still have no idea. I prefer there is an islamic meaning but also has a cool pronunciation which most of the people in the world are able to say it without much effort. Lol.

Well once more, it’s totally random midnight thought. I’m still flexible about that though. Guten nacht![]

***

Hamburg, Germany
Midnight 21th August 2015. After playing “mafia” with some of friends here. It was so fun. If you don’t know mafia, you must know werewolf. Yap it’s the same. Maybe it could also be a post in my blog. I wish. Tschuss :)

Kata Pengantar TA – Pembuka dari Penutup Rangkaian Cerita di Kampus Tercinta

Ini adalah sebuah karya sederhana yang ingin penulis coba persembahkan sebagai mahasiswa ITB. Banyak rintangan dan tantangan dalam pengerjaan, namun hal tersebut justru menjadi salah satu pembelajaran utama yang penulis dapatkan. Sungguh sebuah perjuangan untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir (TA) ini, oleh karena itu dalam kata pengantar ini izinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Allah SWT, yang sudah mempertemukan dengan Islam, serta atas izin dan rahmat-Nya pula penulis diberikan kelancaran dalam pelaksanaan tugas akhir. Semoga hasil ini dapat berkah dan mendapat Ridha dari-Nya
  2. Ibu, Ayah dan dua adik perempuan, Sania Rifa Zaharadina, Annisa Salsabilla. Kata-kata tidak akan cukup untuk membalas semua dukungan dan do’a yang kalian berikan
  3. Pak Hasballah Zakaria dan Pak Richard Karel Mengko, atas kesediaan waktu dan bimbingan yang diberikan selama pengerjaan tugas akhir. Semoga bapak berdua mendapat balasan dari-Nya.
  4. Muhammad Wildan Gifari dan Moch Rosin, sebagai rekan, sahabat dan pengingat dalam satu tim TA EKG homecareMaze Runner”. Semoga hasil TA kita dapat bermanfaat untuk masyarakat kedepannya.
  5. Pak Waskita Adijarto selaku dosen wali dan Pak Arief Syaichu Rohman selaku kaprodi elektro ITB yang sudah banyak membantu penulis selama perkuliahan.
  6. Murobbi dan teman satu lingkaran sebagai wadah penimba ilmu agama sekaligus pengingat penulis untuk tetap memegang teguh islam
  7. Mutarobbi dan adik-adik mentor penulis yang bersedia menjadi “telinga” untuk tempat penulis berbagi mengenai islam dan kehidupan kampus sembari pengerjaan TA. Kalian justru yang lebih membina saya di kelompok tersebut.
  8. Teman-teman satu Lab Biomedik ITB, yang selama satu tahun, satu ruangan dan saling mendukung dalam menyelesaikan Tugas Akhir
  9. Teman-teman HME ITB khususnya “Proton” yang sudah menjadi teman berhimpun dengan satu keilmuwan. Banyak pengalaman dan pembelajaran yang saya dapatkan dari kalian.
  10. Keluarga besar KM ITB khususnya Kabinet dan Kongres KM ITB, yang sudah menghiasi tingkat satu hingga tingkat tiga penulis di ITB.
  11. Keluarga panitia Pemira KM ITB 2013, yang sudah menyediakan waktu untuk berjalan bersama penulis di tingkat tiga. Semoga apa yang kita lakukan dapat menjadi setitik kontribusi untuk KM ITB kedepannya.
  12. Teman-teman Ulul Albab, yang benar-benar menjadi tempat kembali penulis setiap waktu. Semoga persahabatan kita terus berlanjut sampai di Surga
  13. Sahabat Forum Indonesia Muda khususnya FIM Kece yang selalu terbuka sebagai tempat kembali penulis dari hectic-nya pengerjaan TA. Semoga kita selalu menjadi kunang-kunang di tengah gelapnya problematika bangsa.
  14. Teman-teman Cahaya Hati, tempat berkumpul, bercerita dan membudayakan aksara sunda sekaligus tempat penulis belajar Bahasa sunda.
  15. Teman-teman MUSI ITB, satu daerah, satu Bahasa, terima kasih atas doanya.
  16. Kontrakan Altampani yaitu sebagai atap utama penulis selama pengerjaan TA ini
  17. Sahabat AVRG yang sudah bersedia memberikan tempat kepada penulis untuk belajar lebih banyak tentang robot dan sistem kendali
  18. Teman-teman pertukaran pelajar dan Delegasi ESD Forum yang sudah membersamai penulis untuk belajar dari Negara lain.
  19. Pihak-pihak lain yang juga telah banyak memberikan bantuan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu;

Penulis sangat menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bandung, Juni 2015

Muhammad Afif Izzatullah