Hanya mencoba merefleksikan (hampir) genap satu tahun saya memasuki dunia kerja. Dunia delapan ke lima. Dunia dimana kopi menjadi minuman rutin yang diminum setiap harinya. Baik hanya untuk memantik adrenalin dengan kafein, ataupun sekedar media bercengkrama sesama kolega.
Tulisan ini saya coba buat untuk para adik-adik tingkat yang baru saja atau akan segera lulus dari masa “indah” perkuliahan. Pun bagi teman-teman sebaya yang sudah berkecimpung baru dan lama di dunia yang sama. Bahkan para kakak tingkat, yang sudah lama merasakan asam garamnya mencari nafkah, membiayai keluarga, memulai untuk menabung juga berinvestasi. Termasuk mereka yang sudah di masa emasnya ataupun di penghujung usia kerja.
Tentang pekerjaan terbaik. The best job in the world. Pekerjaan yang selalu kita impikan dan kita panjatkan dalam setiap untaian doa kepadaNya.
—
Sebuah Kriteria
Yah, mungkin bisa dibilang ini sedikit subjektif dan personal. Karena apalah saya yang pengalaman satu tahun saja belum selesai. Tapi sesuai dengan header blog ini, yaitu hanya mencoba mencurahkan nilai dan pembelajaran yang saya dapat ke dalam rangkaian kata. Semoga bisa diambil hikmah & hal positif di dalamnya.
Tentunya banyak parameter yang kita inginkan tentang apa yang kita sebut pekerjaan terbaik. Lingkungan kerja yang nyaman & kondusif. Gaji yang mencapai dua digit. Tunjangan melimpah. Bonus rutin. Bisa menjadi tempat belajar. Lokasi kantor yang strategis. Visi perusahaan yang besar. Proyek yang dikerjakan. Bidang yang sesuai dengan passion yang kita minati. Latar belakang kuliah yang linear dengan pekerjaan. Work life balance yang seimbang. Dan berbagai kriteria lain yang orang-orang biasa menyebutnya “bekerja serasa bermain” karena kita bahagia ketika melakukannya.
Tapi teman, menurut saya, refleksi dari 11 bulan kebelakang, pekerjaan terbaik hanya memiliki satu kriteria. Satu saja. Tidak banyak. Yaitu
Kriteria pekerjaan terbaik, adalah pekerjaan yang tidak membuat kita jauh dari Sang Pencipta
Disclaimer terlebih dahulu, layaknya berbagai kriteria lain yang saya sebut sebelumnya, kriteria satu ini belum tentu bisa kita didapatkan di kantor kita sekarang ataupun yang akan datang. Tapi selalu lah minta kriteria ini dalam setiap doa-doa kita.
Mencari pekerjaan layaknya mencari jodoh. Cocok-cocokan dan keberuntungan. Meski yakin semua sudah ditentukan tapi tetap ada variable usaha juga kan. Ada kalanya resume kita sangat baik, memiliki IPK tinggi, pengalaman berbagai organisasi, mempunyai penghargaan nasional hingga internasional; namun ternyata perusahaan yang kita inginkan sedang tidak butuh karyawan sesuai latar belakang kita; atau ketika tes FGD entah mengapa kita sedang tidak fokus sehingga terbata-bata dalam menyampaikan gagasan; atau ketika tes kesehatan tidak tahu bagaimana tiba-tiba kolesterol kita yang awalnya normal bisa menjadi di atas angka rata-rata. That’s life.
Oleh karenanya, variable doa sangat besar dalam hal ini.
—
Kesempatan ibadah
Hal yang paling bisa dilihat apakah pekerjaan kita sesuai dengan kriteria pekerjaan terbaik tadi atau tidak adalah dengan melihat kesempatan untuk beribadah karyawannya. Alhamdulillah. Company tempat saya bekerja sekarang in syaa Allah masih memiliki satu kriteria tersebut. Setidaknya saya masih memiliki kesempatan untuk beribadah.
Waktu masuk yang fleksible, bisa pukul 8 atau 9 -yang tentunya pulang menyesuaikan- bisa memberikan kesempatan karyawannya untuk shalat dhuha. Saya awalnya tidak rutin dhuha, naik turun, sering turunnya malahan, bahkan hampir putus hehe. Namun sadar, rezeki semua datang dariNya. Saya juga mempunyai mimpi yang cukup besar. Dan sadar, tanpa bantuan dari Allah, mustahil untuk tercapai. Ibadah yang paling bisa membantu untuk mendatangkan rezeki dan juga mencapai mimpi-mimpi tersebut salah satunya adalah shalat dhuha.
Alhamdulillah juga kosan tempat tinggal saya dekat dengan kantor, tinggal jalan. Jadi biasanya saya bisa melakukan dhuha sekitar jam 7.30 atau jam 8.00 sebelum berangkat ke kantor. Kalopun tidak sempat, di kantor juga punya musholla kecil yang bisa dipakai. Saya sering melihat beberapa kolega bahkan atasan melaksanakan sholat dhuha sekitar pukul 9 atau 10an. Terharu :’)
Atau, tidak usah jauh-jauh sholat sunnah. Sholat fardhu saja, yang paling penting, semoga kantor kita mempermudah kita untuk melaksanakannya. Alhamdulillah, di kantor saya sekarang tidak terlalu ketat juga masalah waktu ketika jam istirahat makan siang, ataupun jam shalat Ashar.
To be honest, bulan lalu kalo ga salah. Saya iseng submit CV di karir ITB, ke salah satu perusahaan Jepang juga, tapi bedanya kerja nya di Jepang langsung, tepatnya di Osaka. Jangan ditiru ya, hehe. Tapi saya bilang di cover letter juga saya baru siap masuknya satu tahun setelah beres di kantor sekarang kok. Semoga bos kantor ga baca ini :p
Tapi ada satu hal yang mengganjal di detail of the jobs di websitenya. Saya kopas langsung:
Praying You are not allowed to pray except during the lunchtime.
Terus ashar gimana dong? Ga bisa dhuha juga kan kalo gitu?? Tapi karena udah terlanjur submit bahkan dipanggil wawancara online kala itu, saya cuma meminta terbaik aja dari Allah. Alhasil saya ga dipanggil lagi setelah wawancara onlinenya. Haha.
Kaya nya sih karena saya masih ragu pas jawab komitmen kerja lama disana. Tipikal perusahaan Jepang. Padahal bisa saja saya ngeles atau “bermain kata” pas interview. Tapi ntah mengapa seakan-akan dipersulit pas interview itu. Allah pasti tau yang terbaik. Berarti emang belum jodoh. Padahal mah emang ga qualified ya meureun, wkwk. Huznudzan saja, berarti memang mungkin pekerjaan itu kedepannya tidak memenuhi kriteria yang satu tadi. Yah mungkin bisa malah membuat jauh dariNya. Allahualam.
—
Teman dan Kolega
Yap selain kesempatan ibadah, tentunya teman dan kolega kantor juga turut memberikan sumbangsih apakah kita bisa tetap dekat dengan-Nya, atau bahkan menjauh dari-Nya.
Ini sebenarnya lebih terasa ketika saya intern 2 bulan di Hamburg, Jerman. Itu benar-benar salah satu masa paling down iman. Shubuh hampir selalu telat. Hampir ga pernah jamaah. Ngaji bisa dibilang ga pernah sama sekali selama 2 bulan itu. Untung cuma internship.
Alhamdulillah di kantor saya sekarang, saya memiliki teman dalam lingkaran yang sholeh-sholeh. Dzuhur bahkan Ashar, in syaa Allah kita selalu mengusahakan sholat di masjid putih gede di luar kantor. Karena deket banget, dan deket juga dengan tempat makan. Kecuali kalo hujan atau lagi banyak kerjaan, kita biasanya sholat di mushola basement B1 kantor Wisma46 Sudirman.
Yang asiknya lagi kita ada geng namanya “Kersen Time Geng” bahkan dengan senior-senior yang udah bapak-bapak juga, buat sholat ashar di Masjid. Tipikalnya gini kalo sudah masuk Ashar, ada saja yang ngingetin
“Ayo pak Kersen time dulu!”
Haha. Kersen time karena di deket masjid satunya (ada satu mesjid lagi deket kantor, yang biasanya tempat kita sholat Ashar, masjid arthaloka namanya) punya banyak pohon kersen. Jadi biasanya sembari jalan ke sana, kita ngambilin & makan buah kersen yang banyak warna merahnya :9
—
Sebenernya saya nulis ini sebaiknya jika sudah merasakan setidaknya kerja di lebih dari satu kantor. Tapi yah, mood menulis terkadang tidak gampang hadir di setiap waktu. Kebetulan daily report yang harus dibuat di project sekarang sudah selesai. Persiapan untuk assessment hari berikutnya juga sudah selesai, jadi ada sedikit waktu untuk menulis. Dan topik yang paling kepikiran dan paling ingin dibagi dengan yang lain adalah topik ini.
Ohya, ini juga termasuk buat teman-teman yang mau berwirausaha atau startup ya. Bagaimana startup yang akan kita bangun jangan sampai menjauhkan kita dari-Nya. Lebih bagus bahkan malah membuat diri dekat dengan-Nya apalagi bisa sampai membuat kultur di perusahaan untuk sholat dhuha rutin, atau jamaah rutin untuk sholat fardhu. How ideal. Semoga someday kita bisa mewujudkannya Aamiin.
Kemudian satu kriteria yang saya sebutkan di atas tadi juga biasanya kita tahu setelah menjalani pekerjaan di kantor. Jadi kesimpulannya selalu berdoa terkait pekerjaan dan karir kita kedepannya. Semoga jalan apapun yang kita ambil selalu dalam limpahan keberkahan Allah. Dan pun jika kita masuk dalam kondisi yang menjauhkan kita dari-Nya, kita bisa tetap bertekad untuk melawannya, dan berusaha semaksimal mungkin untuk tetap dekat dengan-Nya. Allahumma Aamiin.[]