Hari ini saya melewatkan satu kesempatan penting. Mengantar kepulangan sahabat sekaligus saudara muslim saya asal Pakistan yang baru menyelesaikan penelitiannya di DESY, Hamburg. Namanya Askar. Sedih rasanya. Kita hanya bertemu beberapa hari tapi dia sudah saya anggap seperti kakak sendiri disini. Terkait pertemuan pernah saya ceritakan di tulisan saya sebelumnya. Sempat sedikit sedih ketika mengetahui bahwa dia tidak melaksanakan sholat 5 waktu lagi, dengan dalihnya kesibukan dalam mengejar PhD. Tapi dia masih berharap untuk bisa melakukannya lagi. Bahkan dia meminta untuk diajak sholat jumat. Kesimpulan: masih ada secercah iman di hatinya.
***
Flashback hari jumat, beberapa hari yang lalu, seperti biasa saya mematikan komputer kantor lebih cepat dikarenakan ingin mengejar bus menuju masjid yang jaraknya lumayan jauh dari DESY. Hari ini saya sudah menargetkan untuk sholat jumat di KJRI Hamburg, supaya bisa mendengarkan kembali khotbah dengan bahasa yg saya mengerti, bahasa Indonesia. Namun dalam perjalanan ke halte bus, tetiba notifikasi whatsapp dari Askar muncul
“Hi. Bro. Will u go to mosque?”
Dikarenakan sedikit terburu-buru, saya lupa kemarin saya baru berkenalan dengan Askar, dan lupa mengajak dia. But now he asked me. Tanpa pikir panjang langsung arah badan saya putar balik, berlari menuju hostel lagi untuk menemui dia. Berbekal ingatan sayup akan nomor kamarnya, secara gambling saya mengetok salah satu pintu di dekat tangga, yang saya cukup yakin itu kamarnya. Pintu dibuka dan benar itu Askar.
“Hi brother! Let’s go to mosque now. We’re a bit late, I am sorry I just read your whatsapp”
“Now?? Okay give me 5 minutes to change cloth and do wudhu”
Tahu dia dari Pakistan, niatan awal untuk ke masjid KJRI Hamburg saya urungkan, instead, saya akan membawa dia ke masjid Indonesia, Al-Ikhlas, di dekat Central Station Hauftbanhof, yang kebetulan juga masjid itu didirikan bersama orang2 Pakistan. Setelah dia berganti pakaian, segera kita berjalan cepat menuju halte terdekat. Masjid ini cukup jauh dari DESY, menempuh perjalanan sekitar 1 jam dengan bus dan disambung kereta S-Bahn.
***
Sholat jumat di masjid Al-Ikhlas ini cukup lama. Dari adzan pertama ke adzan kedua jeda waktunya sekitar setengah jam. Belum sempat bertanya mengapa, tapi mungkin karena menunggu para jamaah memenuhi masjid, yang tentunya mereka memiliki jam kerja berbeda-beda
Dari balik tiang saya melihat Askar mengambil Quran di masjid tersebut dan membacanya. Alhamdulillah. Saya pun tidak mau kalah. Lidah yang hampir gersang akan pengucapan ayat-ayat suci ini ingin segera saya gunakan. Quran super kecil hasil pinjaman teman kontrakan segera saya keluarkan. Lembaran saya balik menuju surat ke 18, surat yang Rosul anjurkan untuk dibaca pada hari jumat: Al-Kahfi
***
Setelah selesai sholat, gerombolan muslim keluar serentak dari 3 masjid berbeda. FYI di daerah ini terdapat 3 masjid yang letaknya bersebelahan. Bedanya adalah negara yang mengurusnya. Tapi dengan banyaknya orang yang bertebaran di jalan Kleiner Pulverteich ini, membuat saya ingin meneteskan air mata. Jujur. Bersyukur masih banyak sodara seperjuangan yang meramaikan masjid dan melaksanakan kewajiban sholat jumat di negeri minoritas muslim ini.
“Afif, let’s have a lunch” Askar suddenly talked to me “and after that we can go for a walk”
Saya yang sudah menyelesaikan tugas mingguan saya, sekaligus supervisor saya sudah tau kalo setiap jumat saya harus beribadah di luar, memiliki waktu yang fleksible, sehingga tidak mengharuskan saya untuk kembali ke kantor pasca solat jumat
“Sure. Los gehts!! Let’s find halal restaurant near here and after that I can accompany you to go around Hamburg”
Dan ternyata restoran halal berjejeran di daerah sini. Ada Turki, india, afganistan, bahkan burger halal. Askar asked me to go to Turkey restaurant, well why not. Di restoran Turki kita memesan Lahmacun mit Doner, yaitu Turkische Pizza yang disajikan dengan doner/daging khas Turki seharga 5 euro. Enaak pisaaann!! Dan porsinya itu loh, luar biasa bikin kenyang.
Lahmacun mit Doner. Yummy
Setelah selesai makan, I accompaned him to go to Hamburg townhall yang terletak di jantung kota ini. Well even though I just have been in here for 1 month, but I came first so I know more about Hamburg than him. Askar juga memiliki hobi fotografi dengan kamera Canon nya yang lebih canggih (dan tentunya lebih mahal dari saya lol). Bahkan dia punya zoom lense. Mid professional. Alhasil kita hunting foto di sekitar townhall dan lake yang ada di depannya.
Matahari perlahan-lahan mulai setengah turun. Jam menunjukan pukul 5 dan saya baru ingat ada janji dengan teman, which is saya harus segera kembali ke DESY. Askar pun mengikuti
“Askar, let’s cook dinner together tonight. I really want to learn cooking from you. And I have already bought you beef from Turksiche Market too. Remember??”
“Sure!! I will show you the original pakistan food”
***
Malamnya kita janjian sekitar pukul 8 di dapur untuk cooking dinner together. Disini saya banyak belajar. Mulai dari takaran. Jumlah bawang. Knifing skill, cara memotong bawang, tomat, kunyit dan daging. Dan juga urutan dalam memasak daging itu sendiri. Dia membawa bumbu spesial dari Pakistan, bubuk campuran warna merah yang didalamnya sudar diracik dari berbagai bahan makanan. Cooking beef took a really long time, almost 1 hour. Tapi itu berhasil dibayar dengan luar biasa enaknya hasil masakan.
Here we are. Pakistan Karahi Beef
Penampilannya seperti rendang, tapi tidak terlalu pedas. Namanya Karahi Beef. Kita menggunakan tortilla untuk Karbohidrat dan beberapa salad (Cucumber, Zucchini and Cabbage) sebagai sumber vitamin. Super yummy!! :9
***
Setelah selesai makan kita membereskan dan mencuci peralatan dapur. Then after that, I invited Askar to do sholat together
“Askar let’s pray Magrib together. Jamaah. And after that we can exchange memory card from our cameras”
“Good idea. Let’s do it in my room” said Askar
“Okay I’ll bring sajadah and the memory card as well”
“Sure, I’ll wait in my room”
Yes akhirnya bisa sholat bareng. Well, I have principle that we cannot force people to be a good muslim and do every prayers as we want. I prefer to be friend first than try to ask them. I try to look at from their shoes first. What if I became him, what I will think about prayers, do I really want to do it. And so on. And so on. Because of what? Because I was ever being like them too. Saya pernah jahiliah, super jahiliah bahkan hehe. Dimana iman sangat turun dan hati merasa tidak terlalu sreg untuk mendekatkan diri dengan islam. Well Iman is going up and down isn’t it.
Jangan sekali-sekali menganggap orang lain seperti kita yang mungkin, Alhamdulillah, sedang dilumuri cahaya iman. Try to put their shoes and see what is the point of view. Well saya juga masih dalam tahap belajar menjadi muslim yang baik. Iman jangan ditanya dah, kebanyakan turun nya. But at least itu prinsip ideal yang saya pikirkan.
***
Kembali hari ini. Siang tadi tepatnya. Minggu ini adalah minggu pengambilan data test beam proyek saya, sehingga mengharuskan saya hampir seharian di lab. Alhasil saya tidak sempat mengucapkan selamat jalan ke Askar yang berangkat sekitar pukul 5 sore tadi. Whatsapp baru saya buka malam nya dan terlihat chat dari Askar, 17:13PM
“Hey man. I am leaving. Can shake hand with u?”
I didn’t see it, because I leaved my tablet in the bag. I just saw it at 21:04PM and directly replied him. This is our history chat anyway, I just copy paste it from the whatsapp-web with deleting the phone number of course lol
[8/18/2015, 21:04] Brotherr I am really sorry. I was full time in the lab this afternoon
[8/18/2015, 21:05] Have a safe flight bro. Keep in touch
[8/18/2015, 21:06] Anyway I still have a bit of ur money (4€). Is it okay?? :(
[8/18/2015, 21:08] It’s Ok. ….
[8/18/2015, 21:08] U can pay in mosque on Friday from my side
[8/18/2015, 21:08] I pay that euro in mosque. …
[8/18/2015, 21:12] Okayyyy
[8/18/2015, 21:12] JazakAllah
[8/18/2015, 21:12] Remember me in pray
[8/18/2015, 21:12] Sure. You have to try to do it again. A bit at least
[8/18/2015, 21:13] 5 times a day 😊
[8/18/2015, 21:13] It really brings peace in heart
[8/18/2015, 21:13] Since our final destination is akhirat :)
[8/18/2015, 21:13] InshAllah
[8/18/2015, 21:13] U r nice guy
[8/18/2015, 21:13] God bless u
[8/18/2015, 21:14] Aamiin
[8/18/2015, 21:14] Hope someday we meet again
[8/18/2015, 21:14] In USA maybe
[8/18/2015, 21:14] Haha
[8/18/2015, 21:14] Aamiin
[8/18/2015, 21:14] InshAllah
[8/18/2015, 21:15] I leaving
[8/18/2015, 21:15] C u inshAllah
[8/18/2015, 21:15] Tscuss
Well he ever told me that he wanted to continue his postdoc in US. And I also told him that I really wanted to pursue my master in US. But yeah, we have no idea about the future, only Allah knows. Let’s just see. :)
Anyway, It was really nice to know him as a brother of Muslim in this kind of country. He is nice guy, he even leaved many “Ghonimah” for me. Ada kentang, bawang, sayur, gula, telur, minyak matahari, detergen, dll. Alhamdulillah rezeki emang ga kemana haha. Well tschüß Brother!![]
—
Hamburg, Germany
19th August, 2015
53.573470
9.881139