Counting Days

Eins, zwei, drei, vier, fünf, sechs. Tinggal 6 hari lagi sebelum saya meninggalkan benua biru ini. Yap Blue continent yang katanya ada 2 alasan mengapa disebut biru. Pertama karena mayoritas penduduk eropa memiliki iris biru cerah. Kedua karena dulu banyaknya kerajaan masyur sehingga munculah istilah darah biru (bangsawan).

IMG_20150808_124604_HDR

River in Luebeck, Germany. Beautiful small town north to Hamburg

***

Ingin rasanya memperpanjang jangka waktu untuk bisa tinggal lebih lama di benua ini. I still want to eat pasta, cheese, milk, chocolate and many others foods that I can rarely find in Indonesia. Setidaknya disini makanan tergolong murah dari salary yang didapat per bulannya. Susu 1 L harganya cuma 50 cent, it’s really cheap. I will be able to drink it almost everyday. Keju dan daging juga termasuk murah apalagi dengan adanya toko halal Turki yang cuma “berjarak” 5 menit jika menggunakan bus dari tempat kerja. I still also want to cook and eat more pasta. I don’t know. Di bandung pasta termasuk makanan “mewah” karena saya biasanya makannya di warpas atau pun di cafe & restoran. Well I don’t even know (and lazy to get knowing) if it was existed in department store or not.

Saya juga masih ingin minum dari tap water. Don’t need to think anymore about buying bunch of water gallons and lift the tons weight of it. Saya juga pasti akan sangat merindukan chocolate. Yap milka & ritter chocolate especially which are at least known to be halal. Harga satuannya sekitar 1 euro atau misal lagi diskon bisa hanya 70 cent. I remembered when it was known that there was discount of milka chocolate in the nearest store, I directly buy 7 bars at once with different flavors lol.

Saya juga ingin tetap merasakan big portion-nya every foods in here. Di indonesia saya biasanya membeli cemilan (ciki2an) dengan bungkus kecil. Tapi disini sangat sedikit bungkus kecil untuk makanan apapun (termasuk ciki2an :p). Harga snack biasanya berkisar 1 euro tapi dengan volume yang banyaak. Well I got no choice but that’s the only portion in the store. Termasuk minuman juice ataupun softdrink, untuk ukuran 1 L harganya sangat murah. That’s why it’s more than often for me to buy more than one nectar drinks in a week (banana nectar is still my favorite)

The most I am gonna miss is cooking!! Yap, seperti yang sudah saya tulis sebelumnya perbandingan hemat jika membeli makanan jadi dengan memasak sendiri sangat jauh. Eropa adalah benua yang benar2 “menghargai” apapun yang dibuat manusia, termasuk makanan. Karenanya makanan-jadi yang dijual di cafe atau canteen sangat mahal compared to the raw foods if we cook. Saya juga pasti bakal kangen menggunakan pisau, electric stove dan yang paling asik oven! Maklum anak kos bandung kere paling cuma pake kompor gas di kontrakan, itupun masak mie doang wkwk. I am gonna miss mixing random seasoning into pasta sauce and taste it. Sometimes maybe smiling, sometimes closing eyes, sometimes force to eat it ignoring the taste since it was so hambaar lol. Knifing things are also interesting. Dan luar biasanya saya baru sekali luka di jari tengah karena ga sengaja teriris (sedikit, dont imagine the worst).

Then yeah the public transportation too. I am gonna miss it so much. Di Jerman terutama, negara tempat saya tinggal selama 2 bulan. Its better than any other Europe countries. Di Hamburg especially, kita hanya perlu membeli tiket tanpa harus mentap, validasi ataupun hal riweuh lainnya sebelum menaiki kereta, metro atau bus. This country truly upholds the honesty. But yeah, law is still existing. Petugas akan memeriksa di waktu random dan jika kita tidak memiliki valid ticket, they will charge us 60 euro. I ever saw it with my eyes directly in the train some guys didnt have the valid ticket and the officer foreclosed their ID and needed to pay something to take it back. Hope be able to write it in another post. But yeah, meskipun begitu, frekuensinya sangat jarang. Selama saya di hamburg, dengan hampir setiap hari naik bus & kereta, saya baru kena pemeriksaan tiket 3 kali.

DSC_1045

In the top of S-Bahn station in Landungsbrücken, my favorite place in Hamburg

Umm what else? Anyway I don’t wanna say anything about travelling. Since it is one of my lifetime-dreams that Alhamdulillah Allah grants it to me: menjelajah bumiNya di tanah Eropa. Biarlah post tentang travelling ini terpecah menjadi post-post lainnya. About work? Yeah many people asked me about work. Well I learned much things here, academically and… non-academically. The second one is much more. Well my project is ordinary compared to the other summer students but I am proud of it. My main conclusion after doing that project is “I will always respect the researcher.” I hope I can share about it in another post too. Ahh, and then if you want to know about my project you can look at in my report too. It will be uploaded in DESY website later.

***

Yeah but in the other hand, I also miss Indonesia. I miss adzaan so muuchh!! I miss salman. I miss doing fardhu Jama’ah. I miss Khotbah jumat dengan bahasa Indonesia. I miss my friends that always remind me to Liqo, to read Quran, to memorize Quran, to come to Kajian and any other things that make me feel the warmth of Islam. I miss just sit alone in below roof of Salman, to just enjoy the silent, hearing the others’re reading Quran, and thinking about the deeds I did in one day. Disini sangat kering, saya merasa jauh dengan Islam. Benar katanya safar salah satu cobaan bagi kaum muslim karena kita tidak bisa beribadah selayaknya when we are home.

Still I learned many things here. I got many experiences. Many great views of Allah’s earth. Many lost. Many mistakes. Many new discoveries I never found before. And many other values I hope I can share to the other people.

Now I am still counting days to leave Europe. My intern program will end in this September 10th . But I have visa extension till September 14th which in syaa Allah I am gonna spend it to backpack to 3 cities of 3 countries: Vienna, Budapest and Prague. I got no Indonesia friends that I can stay in those 3 countries. But luckily I joined the couchsurfing, a website that allow us to stay in a stranger house. And someone accepted to host me in Budapest. Means I will get free  one night staying in Hungary (yeay). But it’s so risky anyway, I hope I wont miss any bus schedule again since I got my plane back to Indonesia on 15th September. Aamiin

I hope to see you guys back in Indonesia and pray for my next 5 days backpack. Bye!! :D

Muhammad Afif Izzatullah
Hamburg, Germany

I heard Adzan

Duisdorf, on my way to Hamburg. Randomly. I heard adzan from the bus. I didn’t know it was radio or someone’s phone inside the bus, but just felt happy and peace. It stopped at Asyhaduanna Muhammada Rosulullah. But that was more than enough to tell me that there’s still a bit of Islamic light in this country

1.52PM, Duisdorf, Germany
Muhammad Afif Izzatullah

Tentang Nama

Disini saya ingin menulis sebanyak mungkin rangkaian kata. Cerita, pengalaman, pemikiran, pembelajaran dan semua hal yang mungkin tidak terlalu penting untuk bisa menjadi sebuah tulisan. Salah satunya post ini. Haha.

Kali ini saya ingin berbicara soal nama. Ya literally nama. Muhammad Afif Izzatullah. Itu nama lengkap saya. Tapi uniknya di daerah barat atau beberapa negara mereka memiliki surname atau family name which most of Indonesia people don’t have. For example mine. I don’t have surname. I only have full name. People daerah barat biasanya memanggil secara sopan/formal surname kita atau dalam kasus saya nama belakang saya. So to say Mr. Izzatullah. But for infomal or between friends they usually call with the first name. Yes,in my case is Muhammad.

Many of friends the first time call me Muhammad. Even not the first time. I have already introduced to some of my Europe friends “just call me Afif”. Still, sometimes they don’t remember it the next time we meet, and call me Muhammad. Well I am so happy be called as Muhammad, but just feel it is so heavy-burden. Indeed he is our prophet. So I get more comfortable with the call just Afif.

***

Tentang nama, I personally want that my children (insyaAllah, aamiin) have name a bit more adaptable to both east and west countries. So at least it has the first name as the nick name, so he/she will be easier to introduce name to the other people. I also prefer he has so-called like family name, which maybe, the combination of my name and you. Yes you! lol.

Well just random thought though. It is only about the arrangement of the full name. About the meaning of the name itself, I still have no idea. I prefer there is an islamic meaning but also has a cool pronunciation which most of the people in the world are able to say it without much effort. Lol.

Well once more, it’s totally random midnight thought. I’m still flexible about that though. Guten nacht![]

***

Hamburg, Germany
Midnight 21th August 2015. After playing “mafia” with some of friends here. It was so fun. If you don’t know mafia, you must know werewolf. Yap it’s the same. Maybe it could also be a post in my blog. I wish. Tschuss :)

Tschüß Brother :’)

Hari ini saya melewatkan satu kesempatan penting. Mengantar kepulangan sahabat sekaligus saudara muslim saya asal Pakistan yang baru menyelesaikan penelitiannya di DESY, Hamburg. Namanya Askar. Sedih rasanya. Kita hanya bertemu beberapa hari tapi dia sudah saya anggap seperti kakak sendiri disini. Terkait pertemuan pernah saya ceritakan di tulisan saya sebelumnya. Sempat sedikit sedih ketika mengetahui bahwa dia tidak melaksanakan sholat 5 waktu lagi, dengan dalihnya kesibukan dalam mengejar PhD. Tapi dia masih berharap untuk bisa melakukannya lagi. Bahkan dia meminta untuk diajak sholat jumat. Kesimpulan: masih ada secercah iman di hatinya.

***

Flashback hari jumat, beberapa hari yang lalu, seperti biasa saya mematikan komputer kantor lebih cepat dikarenakan ingin mengejar bus menuju masjid yang jaraknya lumayan jauh dari DESY. Hari ini saya sudah menargetkan untuk sholat jumat di KJRI Hamburg, supaya bisa mendengarkan kembali khotbah dengan bahasa yg saya mengerti, bahasa Indonesia. Namun dalam perjalanan ke halte bus, tetiba notifikasi whatsapp dari Askar muncul

“Hi. Bro. Will u go to mosque?”

Dikarenakan sedikit terburu-buru, saya lupa kemarin saya baru berkenalan dengan Askar, dan lupa mengajak dia. But now he asked me. Tanpa pikir panjang langsung arah badan saya putar balik, berlari menuju hostel lagi untuk menemui dia. Berbekal ingatan sayup akan nomor kamarnya, secara gambling saya mengetok salah satu pintu di dekat tangga, yang saya cukup yakin itu kamarnya. Pintu dibuka dan benar itu Askar.

“Hi brother! Let’s go to mosque now. We’re a bit late, I am sorry I just read your whatsapp”
“Now?? Okay give me 5 minutes to change cloth and do wudhu”

Tahu dia dari Pakistan, niatan awal untuk ke masjid KJRI Hamburg saya urungkan, instead, saya akan membawa dia ke masjid Indonesia, Al-Ikhlas, di dekat Central Station Hauftbanhof, yang kebetulan juga masjid itu didirikan bersama orang2 Pakistan. Setelah dia berganti pakaian, segera kita berjalan cepat menuju halte terdekat. Masjid ini cukup jauh dari DESY, menempuh perjalanan sekitar 1 jam dengan bus dan disambung kereta S-Bahn.

***

Sholat jumat di masjid Al-Ikhlas ini cukup lama. Dari adzan pertama ke adzan kedua jeda waktunya sekitar setengah jam. Belum sempat bertanya mengapa, tapi mungkin karena menunggu para jamaah memenuhi masjid, yang tentunya mereka memiliki jam kerja berbeda-beda

Dari balik tiang saya melihat Askar mengambil Quran di masjid tersebut dan membacanya. Alhamdulillah. Saya pun tidak mau kalah. Lidah yang hampir gersang akan pengucapan ayat-ayat suci ini ingin segera saya gunakan. Quran super kecil hasil pinjaman teman kontrakan segera saya keluarkan. Lembaran saya balik menuju surat ke 18, surat yang Rosul anjurkan untuk dibaca pada hari jumat: Al-Kahfi

***

Setelah selesai sholat, gerombolan muslim keluar serentak dari 3 masjid berbeda. FYI di daerah ini terdapat 3 masjid yang letaknya bersebelahan. Bedanya adalah negara yang mengurusnya. Tapi dengan banyaknya orang yang bertebaran di jalan Kleiner Pulverteich ini, membuat saya ingin meneteskan air mata. Jujur. Bersyukur masih banyak sodara seperjuangan yang meramaikan masjid dan melaksanakan kewajiban sholat jumat di negeri minoritas muslim ini.

“Afif, let’s have a lunch” Askar suddenly talked to me “and after that we can go for a walk”

Saya yang sudah menyelesaikan tugas mingguan saya, sekaligus supervisor saya sudah tau kalo setiap jumat saya harus beribadah di luar, memiliki waktu yang fleksible, sehingga tidak mengharuskan saya untuk kembali ke kantor pasca solat jumat

“Sure. Los gehts!! Let’s find halal restaurant near here and after that I can accompany you to go around Hamburg”

Dan ternyata restoran halal berjejeran di daerah sini. Ada Turki, india, afganistan, bahkan burger halal. Askar asked me to go to Turkey restaurant, well why not. Di restoran Turki kita memesan Lahmacun mit Doner, yaitu Turkische Pizza yang disajikan dengan doner/daging khas Turki seharga 5 euro. Enaak pisaaann!! Dan porsinya itu loh, luar biasa bikin kenyang.

IMG_0836

Lahmacun mit Doner. Yummy

Setelah selesai makan, I accompaned him to go to Hamburg townhall yang terletak di jantung kota ini. Well even though I just have been in here for 1 month, but I came first so I know more about Hamburg than him. Askar juga memiliki hobi fotografi dengan kamera Canon nya yang lebih canggih (dan tentunya lebih mahal dari saya lol). Bahkan dia punya zoom lense. Mid professional. Alhasil kita hunting foto di sekitar townhall dan lake yang ada di depannya.

Matahari perlahan-lahan mulai setengah turun. Jam menunjukan pukul 5 dan saya baru ingat ada janji dengan teman, which is saya harus segera kembali ke DESY. Askar pun mengikuti

“Askar, let’s cook dinner together tonight. I really want to learn cooking from you. And I have already bought you beef from Turksiche Market too. Remember??”
“Sure!! I will show you the original pakistan food”

***

Malamnya kita janjian sekitar pukul 8 di dapur untuk cooking dinner together. Disini saya banyak belajar. Mulai dari takaran. Jumlah bawang. Knifing skill, cara memotong bawang, tomat, kunyit dan daging. Dan juga urutan dalam memasak daging itu sendiri. Dia membawa bumbu spesial dari Pakistan, bubuk campuran warna merah yang didalamnya sudar diracik dari berbagai bahan makanan. Cooking beef took a really long time, almost 1 hour. Tapi itu berhasil dibayar dengan luar biasa enaknya hasil masakan.

tumblr_nt3g7hkeLb1qbxx0no1_500

Here we are. Pakistan Karahi Beef

Penampilannya seperti rendang, tapi tidak terlalu pedas. Namanya Karahi Beef. Kita menggunakan tortilla untuk Karbohidrat dan beberapa salad (Cucumber, Zucchini and Cabbage) sebagai sumber vitamin. Super yummy!! :9

***

Setelah selesai makan kita membereskan dan mencuci peralatan dapur. Then after that, I invited Askar to do sholat together

“Askar let’s pray Magrib together. Jamaah. And after that we can exchange memory card from our cameras”
“Good idea. Let’s do it in my room” said Askar
“Okay I’ll bring sajadah and the memory card as well”
“Sure, I’ll wait in my room”

Yes akhirnya bisa sholat bareng. Well, I have principle that we cannot force people to be a good muslim and do every prayers as we want. I prefer to be friend first than try to ask them. I try to look at from their shoes first. What if I became him, what I will think about prayers, do I really want to do it. And so on. And so on. Because of what? Because I was ever being like them too. Saya pernah jahiliah, super jahiliah bahkan hehe. Dimana iman sangat turun dan hati merasa tidak terlalu sreg untuk mendekatkan diri dengan islam. Well Iman is going up and down isn’t it.

Jangan sekali-sekali menganggap orang lain seperti kita yang mungkin, Alhamdulillah, sedang dilumuri cahaya iman. Try to put their shoes and see what is the point of view. Well saya juga masih dalam tahap belajar menjadi muslim yang baik. Iman jangan ditanya dah, kebanyakan turun nya. But at least itu prinsip ideal yang saya pikirkan.

***

Kembali hari ini. Siang tadi tepatnya. Minggu ini adalah minggu pengambilan data test beam proyek saya, sehingga mengharuskan saya hampir seharian di lab. Alhasil saya tidak sempat mengucapkan selamat jalan ke Askar yang berangkat sekitar pukul 5 sore tadi. Whatsapp baru saya buka malam nya dan terlihat chat dari Askar, 17:13PM

“Hey man. I am leaving. Can shake hand with u?”

I didn’t see it, because I leaved my tablet in the bag. I just saw it at 21:04PM and directly replied him. This is our history chat anyway, I just copy paste it from the whatsapp-web with deleting the phone number of course lol

[8/18/2015, 21:04] Brotherr I am really sorry. I was full time in the lab this afternoon
[8/18/2015, 21:05] Have a safe flight bro. Keep in touch
[8/18/2015, 21:06] Anyway I still have a bit of ur money (4€). Is it okay?? :(

[8/18/2015, 21:08] It’s Ok. ….
[8/18/2015, 21:08] U can pay in mosque on Friday from my side
[8/18/2015, 21:08] I pay that euro in mosque. …

[8/18/2015, 21:12] Okayyyy

[8/18/2015, 21:12] JazakAllah
[8/18/2015, 21:12] Remember me in pray

[8/18/2015, 21:12] Sure. You have to try to do it again. A bit at least
[8/18/2015, 21:13] 5 times a day 😊
[8/18/2015, 21:13] It really brings peace in heart
[8/18/2015, 21:13] Since our final destination is akhirat :)

[8/18/2015, 21:13] InshAllah
[8/18/2015, 21:13] U r nice guy
[8/18/2015, 21:13] God bless u

[8/18/2015, 21:14] Aamiin
[8/18/2015, 21:14] Hope someday we meet again
[8/18/2015, 21:14] In USA maybe
[8/18/2015, 21:14] Haha
[8/18/2015, 21:14] Aamiin

[8/18/2015, 21:14] InshAllah
[8/18/2015, 21:15] I leaving
[8/18/2015, 21:15] C u inshAllah

[8/18/2015, 21:15] Tscuss

Well he ever told me that he wanted to continue his postdoc in US. And I also told him that I really wanted to pursue my master in US. But yeah, we have no idea about the future, only Allah knows. Let’s just see. :)

Anyway, It was really nice to know him as a brother of Muslim in this kind of country. He is nice guy, he even leaved many “Ghonimah” for me. Ada kentang, bawang, sayur, gula, telur, minyak matahari, detergen, dll. Alhamdulillah rezeki emang ga kemana haha. Well tschüß Brother!![]

IMG_1160

Hamburg, Germany
19th August, 2015

Say what you are doing as a Muslim

Saya memilki sedikit pengalaman menarik. Yang mungkin bisa menjadi salah satu pembelajaran untuk para pembaca, terutama yang ingin mengembara di negara muslim minoritas.

Tengah malam, daerah sekitar apartment DESY sudah sepi, jarum jam panjang dan pendek hampir bersatu, namun mata ini masih terbuka di depan laptop menunggu waktu shubuh. Ya benar, saat ini sedang Syawal, dimana Rosul mencontohkan untuk menyempurnakan puasa Ramadhan kita dengan berpuasa 6 hari Syawal. Satu mungkin sedikit cobaan lebih bagi muslim yang tinggal di bagian garis lintang menjorok utara adalah musim panas dengan siang yang panjang sehingga waktu shubuh di Hamburg sekitar pukul 3 pagi.

Terlalu beresiko untuk tidur, karena magrib di sini pukul 9, pun jika tidur segera setelah Magrib-Jama’-Isya (disini ada fatwa dari majelis ulama Jerman boleh menjama magrib & isya ketika summer), bangun minimal harus pukul 1 atau 2, untuk menyiapkan saur. Dengan aktivitas yang padat, saya cukup kesulitan untuk melakukan itu. Alhasil saya memilih bertahan tidak tidur, menunggu saur & shubuh, kemudian barulah tidur setelah shubuh.

Jam di sudut kiri layar bawah laptop sudah menunjukan pukul 1.30, segera saya membawa kunci dapur, pelan-pelan membuka pintu, seminim mungkin untuk menimbulkan suara karena saya tidak ingin membangunkan roomate saya yg sudah tertidur pulas. Kulkas dibuka dan segera saya keluarkan beberapa sayuran dan daging halal yang saya beli di pasar Turki, menyiapkan olive oil untuk menumis dan saus vegetarian italia untuk mebuat pasta. Enaknya jam segini, dapur serasa milik pribadi karena semua orang sudah tertidur pulas.

Pasta pun saya makan, porsi sedikit saya tambahkan untuk lebih memantapkan bekal perjuangan dengan siang yang panjang. Air putih pun tidak lupa saya coba meminum secukupnya dengan menggunakan air kran di wastafel dapur (di Jerman kita bisa meminum langsung dari kran, bahkan ada penelitiannya, air kran Jerman lebih mengandung banyak mineral dari air mineral botolan itu sendiri lol). Setelah selesai, dapur saya rapikan. Setelah yakin notifikasi waktu shubuh Hamburg di iphone muncul, barulah saya berwudhu, melaksanakan shubuh & terlelap dalam tidur yang panjang

***

Paginya matahari cukup terik, namun angin berhembus sejuk, menciptakan suasana semangat untuk bekerja. Dengan cukup senyuman saya melangkah menuju kantor sembari mengingat target apa saja yang harus dicapai hari ini. Di kantor mendekati siang hari, supervisor saya datang mengajak untuk lunch bersama.

“Hi afif & richard. Let’s go having lunch together at canteen”, said Jan my supervisor
“Umm I think I will not got”, I answer him
“Why?”, Jan asked again
“Umm I think I will eat in my guesthouse”, I answered randomly
“Hoo okay, then I’ll eat with Richard”

At first, saya masih ragu-ragu untuk mengakui bahwa saya sedang puasa dan saya sangat menyesal akan hal tersebut. Bahkan mungkin bisa dikatakan saya berbohong at that time (Ya Rabb forgive me, that conversation happened so fast, I really had no idea why I said that thing). Kemudian saya bertekad di puasa selanjutnya saya akan berkata apa adanya. I will just say honestly what I am presently doing.

***

Hari berganti, seperti biasa, siang hari saya cukup sibuk mengerjakan beberapa tugas di depan laptop. Waktu hampir menunjukan jam makan siang. Dan di kantor hanya ada saya dan Richard. Kondisi saya sedang berpuasa juga dan Richard mengajak saya untuk lunch

“Afif, let’s go eating, I am really hungry now”
“Umm, I think I will not go Richard”
“Hoo you want to eat at the guesthouse again??
“Nope I am fasting now”
“Fasting? I thought it was only on Ramadhan right?”
“Hoo you know Ramadhan. Cool!! Haha. Well this fasting it’s another type of fasting after Ramadhan”
“Could you tell me about this?”
“Sure!! Pleasurely”

I took my pen and the paper near me

“So Ramadhan is 30 days fasting, it happened last month. But after that Muslim encouragingly to do 6 days fasting in Syawal, month after Ramadhan”
“So what’s the background. Why you do that?”
“Umm, it’s because of our Rosul, you know right, like my name?”
“yeah I know, Muhammad?”
“Yap he is. He gave us example to do 6 days fasting after Ramadhan so that we can get more reward. My Rosul said that if you do the 6 days fasting after Ramadhan, you do fasting as like you do it 1 year. Cool isn’t it?”
“Haaa I see!! Okay. Good luck with that. Don’t work too hard for today. Haha”
“Haha Danke schon bro! Have a nice lunch too!!

Entah mengapa, saya begitu senang menjelaskan what I am really doing to him. Trust me guys, nobody will mock you or harass you if they are intellect people. Even if they’re not muslims or even secular or even atheist. In my experience, they will ask you with curiosity or at least they will understand you and let you what you are doing.

Setelah kejadian tersebut I tell everyone what I am really doing as a muslim. Ketika lagi sholat saya menjelaskan, bahwa saya harus melakukan ini 5 kali sehari. Jadi saya meminta izin melakukannya di kantor. And now I don’t have to go back to the guest house first to do sholat, instead I can do it in my office (yeay). They even respect me by being completely silent. Alhamdulillah.

When I don’t drink too, I honestly said because I am a muslim, I don’t drink any alcohol, it is forbidden for us. Then they said to me

“it’s okay afif, you can drink apple juice or coke with us”
“yap I will happily order it!! :D”

Ketika saya tidak memakan daging pun juga saya berkata jujur. Bahkan beberapa teman saya dengan excited untuk menolong.

“No I don’t eat pork or usual beef or chicken. I can only eat halal food like halal beef and chicken, and I think I can find it the muslim store here in Hamburg like I did before in Berlin”
Some of my friends from Germany even said
“Yah, I know. We also have many muslims in Germany. So you can find many muslim restaurants here in Hamburg. I do believe there will be a lot of its. I can also help you to find it”
“Sure. Absolutely. I will look for it. Danke!”

Bahkan beberapa hari setelahnya, ketika saya sedang berjalan dengan supervisor.

“Today I’m fasting, so I don’t eat Jan” (his name is Jan, I usually call him with the name)
“Ahh I see. Like Ramadhan right? I truly respect them, you know, muslims. They do it long day in summer. Must be strong people they are all”
“Haha. Thanks Jan!!”

Then just keep walking and smile with full happiness.

***

Begitulah teman-teman. Just say purely and honestly what you are doing as a muslim. They won’t laugh you or mock you. If they are intellect people, trust me. We are in globalization era you know, be proud with who you are. Even we could get a chance to explain to them what actually praying in Islam.[]

Hamburg, Germany
August 16th, 2015. Sebentar lagi Ashar yang pastinya kembali disaksikan oleh roomate saya yang lagi belajar. But why not? :)

Inverted U curved & Partner

Salah satu hal favorit yang biasanya saya lakukan sebelum tidur adalah membaca. Mengarungi kumpulan huruf dan tanda, menjelajah pemikiran dan alam yang jauh di luar jangkauan langkah. Buku ini berjudul “David & Goliath”, buku paling baru yang ditulis oleh salah satu penulis favorit saya, Malcolm Gladwell.

Hal menarik yang saya dapat dari bab ke dua buku ini, membuat saya langsung meluangkan sedikit waktu kantor saya untuk menulis, sekedar berbagi inspirasi dan pandangan. Jika kalian sudah membacanya, pasti kalian sudah mengetahui tentang kurva U terbalik kuznets (See, I just got a new knowledge from reading, I just knew it by the way. It’s a bit interesting).

Sebelum masuk ke kurva tersebut, saya ingin menulis sedikit cerita. Saya coba paraphrase singkat mengenai kisah yang dikutip oleh Om Gladwell dalam bab 2 buku ini. Cerita dimulai dari seorang yang sukses di Holywood. Sejak kecil orang tuanya berasal dari keluarga menengah ke bawah, bahkan ketika dia menginginkan sesuatu, orang tua nya mewajibkan dia untuk membayar setengahnya

“You want that bicycle, you have to pay half of it”, said the father

Lebih strictnya lagi, ketika dia, by chance, lupa mematikan lampu atau listrik, ayahnya mengeluarkan data tagihan dan menyuruhnya untuk membayarnya. Well, now it started to be cool. Dengan didikan ayahnya, di umurnya yang sebelas tahun, di tengah musim dingin dengan salju yang lebat, dia mencari perumahan kaya yang meminta dibersihkan pekarangan rumahnya dari salju. Dia mengumpulkan list nya, dan mencari anak-anak lain untuk membersihkannya. Kemudian dia membayar anak-anak tesebut, at first dengan uang nya sendiri, baru kemudian setelah semua rumah bersih dia menagih ke semua pemilik rumah tadi untuk dia pribadi. You know in his age, dia sudah bisa menghasilkan 500$ (in that year, sekitar 5000$).

Singkat cerita, orang ini berhasil membangun bisnisnya di Holywood dan sekarang menjadi salah satu bilioner di US dengan jet pribadi dan ferrari di garasi. Namun uniknya, dengan gaya hidup dan lingkungannya sekarang, dia justru kesulitan untuk mendidik anaknya seperti ayahnya mendidik dia. Well sometimes we say, saya harus menjadi kaya agar bisa mendidik anak-anak saya lebih baik dengan membayangkan kurva linear antara kekayaan dan mendidik anak.

1*OzsGYm7489yl69FDA3Z2NwBut Malcolm said it’s not totally right. Disini berlaku inverted U curve Kuznets, yaitu hampir disetiap lini kehidupan yang kita kira linear, justru memiliki satu titik balik yang membuat sumbu vertikal kembali turun seiring dengan bertambahnya kurva horizontal.

Seperti kekayaan dan mendidik anak, juga salah satu yang berlaku kurva U terbalik, yaitu tidak selamanya menjadi kaya lebih mudah mendidik anak, dan terlalu miskin -dengan kerja hanya untuk makan- bisa sangat sulit dalam pendidikan anak. In the book it stated that $75,000 wealth is the tipping point of the U curved.

1*adTb3ImvwzXkt41m-HfmagWell back to my title here consisted of “Partner”, I just want you (readers) to know, that it’s better to find partner (I mean really life-partner) who knows this fact. At least why I write this because I do really want my future partner (insyaAllah) read this and have a glance of knowledge about this inverted U curved. Bahwa sebaiknya sesama partner untuk bisa mendaki bersama, memberikan kesempatan anak untuk juga merasakan how crap life could be, and how do we need hardwork to achieve a goal.

Well it also doesn’t mean that statistical research is 100% right, there are still external variables that needed to be counted (Islamic parenting for instance) which I believe regardless how rich we are, if we use Quran as the based foundation in parenting, it would turn out to be linear curve. Who knows, at least I put my belief in it :)

Hamburg, Germany
Friday 14th August 2015, before leaving to go to Al-Ikhlash mosque :)

Senang dan Sedih

Alhamdulillah, Hamburg hujan di malam hari. The best and favorite thing, raining in the night before sleeping. Jumat lalu, saya begitu senang. Betapa tidak, setelah sekian lama akhirnya saya bertemu sodara Muslim dari negara lain yang bekerja di DESY. Namanya Askar. Beliau sekarang sedang menyelesaikan PhD nya di Cina, dan saat ini sedang melakukan riset selama 2 minggu di DESY. The first time I met him was in the kitchen

“Halo”
“Ah. Hi”
“Are you a muslim?”

Tetiba dia menyapa dan menanyakan saya secara langsung. *dunno why anyway, because of my beard maybe. Langsung saya menjawab

“Yes I AM!! You a muslim too??”
“Yes, Im from Pakistan. Assalamualaikum!”
“Cooll!! Walaykumsalam. I am from Indonesia. Finally I meet muslim too in here. So did you do also jumuah prayer before?”
“No. I don’t know the mosque. I just came yesterday”
“Haa, I see. I did it today. In the mosque near the main station. And you know, by chance, Masjid Indonesia in Hamburg is together with Pakistans. So our countries built together the masjid. I can show you later”
“Ah good. I want to go there too”

Namun, kesenangan tadi berhenti sampai sini. Saya bertanya lagi kepada dia.

“So, do you also do 5 times prayer right? Sholat?”
“No. I am too busy with my PhD. I never do it again. Sometimes I do if I have time”
“Really? So you also eat pork?”
“No no no. I am a practical Muslim. I follow the rules. But for sholat only I do it sometimes”

Sejenak hening.

“Hoo okay. You should do it anw”
“Yeah I hope so. I wanted to do all”

I don’t know what to do. Karena baru pertama kali ketemu. Perbincangan dilanjutkan tentang makanan halal. Riset dia dll. Tapi kesenangan tadi ditutup dengan kesedihan. Setelah mikir2, tidak hanya dia sebenarnya yang seperti itu. Orang-orang dekat disekeliling saya mungkin masih banyak juga yg meninggalkan sholat. Alasan bisa kesibukan dunia, rasa malas, tidak merasa itu kewajiban yang fatal dll.

Padahal teman. Sholat itu tiang agama. Ibadah lain tidak akan diterima jika sholat nya kacau. Mau puasa senin-kamis tiap bulan. Menyumbang segala kekayaan. Membangun mesjid, tidak ada gunanya jika tidak sholat. Saya belum bisa berbuat banyak kepada sodara saya dari Pakistan tersebut. Semoga sesekali bisa mengajaknya. Semoga dia juga bisa mendapat hidayahnya. Semoga kita juga terus bisa diberikan rasa kesadaran tinggi akan pentingnya sholat. Aamiin.

But at least I met him. I could share things together with him. I could cook with him as well. At least I have brother here, although he will only stay 2 weeks here.[]

Hamburg, Germany
August 11th 2015

Rindu

Aku rindu suara itu. Suara lantang pengingat masuknya waktu untuk bertemu denganMu. Disini begitu hening. Yang terdengar dari kejauhan hanyalah suara-suara bising kontraktor perbaikan jalan ataupun suara pesawat yang melintas di udara. Jika mereka berhenti maka kesunyian kembali. Pun suara-suara di sekitar hanya intonasi-intonasi diskusi tentang kerja, riset dan sesekali canda, tidak ada satupun yang mengajak untuk melaksanakan aktivitas bersama, melupakan dunia, mengingat kembali Sang Pencipta.

Aku rindu kalian. Yang di waktu-waktu aku terbawa dalam alir waktu kesibukan, kalian datang menghadang, berdiri di depan dan membuyarkan segala aktivitas yg aku kerjakan. Kalian memukul wajahku dengan keras, menyadarkanku dari ilusi fana bahwa semua ini hanya sementara. Bahwa semua ini tidak akan ditanya. Namun sekarang kalian hilang. Aku yang sebenarnya menjauh dari kalian. Mencoba sendiri bertahan di zona penuh kegersangan.

Aku juga rindu bacaan itu. Ingin rasanya menangis, saat ini, begitu jauh aku dari ayat-ayat Mu. Hampir untuk beberapa hari kebelakang, tidak ada satupun bacaan yang keluar dari mulutku. Jujur, lingkungan sangat mempengaruhi. Setidaknya bagi diriku. Aku belum begitu kokoh memegang prinsip ini. Aku masih gampang terombang-ambing oleh riak keadaan disekelilingku. Aku masih dengan mudah terbawa arus kesenangan. Bagi kalian yang mungkin ingin mengikuti jejakku, tolong persiapkan jauh hari sebelumnya. Persiapkan komitmen kalian. Persiapkan keteguhan hati kalian. Bangunlah rasa dekat denganNya sedari sekarang, ketika kalian masih berada di zona yang penuh kehangatan akan iman.

Kerinduan ini semoga tidak hanya sebatas perasaan. Semoga tidak hanya berakhir dalam kegalauan. Aku ingin membuatnya hilang menjadi sebuah tindakan. Teman-teman doakan aku.[]

Hamburg, Germany
5 Agustus 2015