My 2014 Journey

Well 2014 sebenernya emang tahun masehi, dan juga ga mau ngebahas terkait perayaan tahun baru. Yah meski itu mutlak sebaiknya dihindari, karena memang hal tersebut menyerupai prilaku orang-orang non-muslim yang jika kita mengikuti kita bisa termasuk kaum tersebut. Agak keras … Continue reading

[Prolog] A Little Piece of Dream: Memori, Mimpi dan Amerika

 

jalan-Hidup

Membuka kembali ruangan-ruangan dalam memori, mengingatkan saya akan banyaknya cita-cita yang ingin saya capai ketika masih kecil.

Teringat sesosok anak SD, dengan kerah dikancing, berdasi merah, memikul tas ransel dan rambut disisir belah pinggir, yang berteriak dengan antusiasnya “Saya ingin menjadi tentara!” dihadapan banyak orang ketika ditanya ingin jadi apa kedepannya. Dia tanpa rasa malu dan bangga, meskipun tingginya hanya sebatas pinggang orang-orang tersebut. Ya itulah saya.

Terbayang juga wajah polos anak berbaju putih biru yang menenteng tas ranselnya dengan hanya 1 bahu, rambut pendek cepak dan agak mohawk, dengan lantangnya berteriak “saya ingin jadi pilot! tapi juga ingin mengajar murid menjadi guru – sekaligus jadi dokter juga biar kaya kayak oom saya!”. Dia mengatakannya dengan tegas dan penuh sorot mata keseriusan. Badai tsunami yang berkali-kali menghantam Jepang, yakin tidak dapat menggoyahkannya. Ya itulah saya.

Hingga merenungkan beberapa tahun lalu, seorang remaja, dengan celana abu-abu nya, berangkat mengendarai motor butut namun kokoh, belajar di salah satu sekolah menengah atas terbaik, bersiap menghadapi & menadah ilmu disana. Ketegasan dan kelantangan bicaranya tidak lagi dituangkannya dalam suara, melainkan dalam keseriusannya belajar agar bisa masuk di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Dia ingin bertemu orang-orang hebat di pulau Jawa, yang katanya berkumpul para “tentara, pilot, dokter dan guru-guru hebat”. Karena dia sedikit ‘alergi’ dengan yang namanya Kimia & Biologi, masuklah dia di elektro ITB. Ya itulah saya.

Sekarang saya hanya makhluk biasa, pendamba surga. Cita-cita yang sering terlontar di masa lalu, semuanya berganti menjadi satu tujuan “Saya hidup untuk menjadi seseorang yang bisa menggapai Ridha Allah, Sang Maha Penentu cita-cita”. Ya itulah mimpi besar saya. A Big Dream that I always move on to.

Palestinian youth prays on street outside destroyed mosque in Mughraqa

Sungguh kebahagiaan sejati yang akan didapat dari-Nya

Namun untuk mencapai mimpi tersebut, tidak mengharuskan saya hanya bersemedi bertahun-tahun di dalam kamar, bertasbih, berdoa sepanjang hari untuk meminta Ridha dari-Nya. Melainkan saya harus melangkah melihat dunia, berusaha mencapai derajat tertinggi seorang insan manusia. Menuntut ilmu, beribadah, memberi manfaat kepada banyak orang, berbagi rezeki dan pengetahuan, menggaet banyak orang untuk bersama menuju surga-Nya, mengajak diri sendiri & orang lain dalam kebaikan & kesabaran, dan masih banyak lagi amal kebaikan yang membuat jiwa tenang dan merasakan kedamaian sejati. Secara tidak langsung Ridha-Nya pun mengalir mengiringi gerak-gerik kita di dunia. Asal semua hal tersebut berdiri dalam satu fondasi kokoh “niat karena Allah”

A Piece of Dream: America

“Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS.Al Mujadalah:11)

Betapa indah dan tegas Allah menjelaskan orang-orang yang berilmu.   Derajat yang lebih, ya itulah hal yang paling menjanjikan melebihi apapun di dunia ini yang akan diberikan kepada mereka yang berilmu. Begitupun saya.Cita-cita lama yang sudah keluar dari mulut saya ketika SD, SMP semuanya berganti bahwa saya ingin menjadi seorang insinyur di bidang teknologi.

Saya ingin membuka lapangan pekerjaan untuk banyak orang sekaligus mengembangkan perteknologian di Indonesia. Sesulit itukah membangun “Facebook, Microsoft, Apple, Samsung atau Logitech”-nya Indonesia? Yah, saya masih belum tau, dan biarlah itu menjadi tantangan yang ingin saya coba selesaikan. Meskipun hal tersebut ‘katanya’ dipengaruhi kebijakan pemerintah, yah saya rasa itu tidak masalah, biarlah teman-teman saya yang lain yang turun di pemerintahan dan membuat kebijakan-kebijakan pro-inovasi. Bukankah itu gunanya generasi muda? Yang bergerak bersama meski dengan minat & ketertarikan berbeda, namun ingin mencapai satu tujuan bersama, yaitu perubahan?

Tantangan dan cita-cita tersebut mengharuskan saya untuk berjuang lebih keras, menggali ilmu lebih dalam dan mempercepat akselerasi diri. Oleh karena itu salah satu serpihan mimpi saya adalah belajar di Amerika. Ya, United States atau yang biasa disebut negeri Paman Sam ini merupakan salah satu mimpi saya didunia ini, guna merangkai kisah menuju derajat yang Allah janjikan. Saya ingin belajar dari salah satu Negara dengan kemajuan teknologi yang luar biasa, agar kelak bisa menyebarkannya ke tanah air tercinta.

Mengapa Amerika? Mengapa tidak eropa, jepang atau korea? Apa saja yang dimiliki Negara paman Sam ini yang membuat saya mematok mimpi ini 5cm di depan saya? Apa target dan langkah yang akan saya coba lakukan jika saya berhasil belajar di sana?

Semua pertanyaan tersebut akan terjawab pada post ISI “A little peace of Dream” selanjutnya. So just wait!

Langkahkan Kakimu Menuju Ilmu! – JapanNote #1

Tulisan ini dibuat di Azamino-Yokohama, Jepang; pada tanggal 19 Agustus 2012.

Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Syurga (Shahih Al jami)

Beberapa hari yang lalu hingga hari ini, saya diberi kesempatan untuk menginjakan kaki guna menuntut ilmu di negeri orang, negeri sakura, Jepang. Sungguh pengalaman yang luar biasa, berkelana dan mendapatkan hal yang baru selama kurang-lebih 2 minggu saya di sini. Ini merupakan mimpi saya sejak SMA. Mulai dari tahun 2010 salah satu resolusi saya adalah “pergi ke luar negeri dengan jalur beasiswa” dan tentunya kata-kata ‘belum tercapai’ selalu tertulis di setiap penghujung tahunnya. Namun di 2012 ini akhirnya Allah barulah menjawab doa saya.

Sebuah cerita yang panjang jika saya menulis berbagai kisah sebelum akhirnya salah satu impian saya ini dijawab oleh -Nya. Tapi perihal yang ingin saya angkat dalam JapanNote #1 saya ini -dan juga akan bersambung di note-note berikutnya- adalah bukan terkait kisah pra-keberangkatan, melainkan tidak lebih berisi rangkaian kata untuk berbagi pengalaman dan ilmu, apa saja yang sudah saya dapatkan saat di negeri matahari, tepatnya kota Tokyo, Jepang.

Saat ini saya tinggal di Azamino, Yokohama, Jepang, bersama salah satu pelajar Indonesia yang sedang menjalani studi S3 di Tokodai. Conference yang sedang saya ikuti sudah usai, tapi saya masih menyisakan beberapa hari di Jepang. Oleh karenanya saya mencoba untuk membuat satu tulisan yang kelak akan disambung tulisan-tulisan berikutnya yang InsyaAllah akan saya tulis di Indonesia.

JapanNote saya yang pertama ini masih bertemakan umum, yaitu specifically belum membahas terkait pengalaman saya dan ilmu-ilmu yang sudah saya dapat di Jepang. Namun saya rasa, untuk permulaan itu sudah cukup, yaitu dengan menulis terkait ajakan untuk para sahabat pembaca agar bisa memilikimindset  dan keinginanuntuk bisa juga bersegera melangkah jauh ke negeri orang untuk mencari ilmu dan dibagikan lagi ke negara merah putih kita Indonesia.

It is Time to Break The Limits, Leave the Comfort Zone!

Menuntut ilmu tidak dibatasi oleh jarak dan ruang. Bahkan semakin jauh kita mencari ilmu maka akan semakin beragam dan beravariasi ilmu pengetahuan yang kita dapat. Banyak kisah perjuangan sahabat dan solafus sholeh dalam menuntut ilmu yang mereka rela berjalan beribu-ribu kilometer dan menghabiskan waktu puluhan tahun hanya untuk melepas dahaganya akan kehausan ilmu pengetahuan.

Ibnu Bathutah, salah seorang musafir yang membukukan kunjungannya kepenjuru bumi dalam sebuah buku fenomenal yang terkenal dibarat maupun ditimur berjudul Rihlah Ibnu Bathutah, mengelilingi dunia selama tiga puluh tahun. Dalam perjalanannya selama 30 tahun itu beliau menemui berbagai rintangan dan berbagai peristiwa yang aneh dan mengkagumkan. Beliau kumpulkan semuanya dan sehingga kini beliau dan semua pengalamannya masih lagi menjadi rujukkan dan tajuk perbincangan genarasi ke generasi. [1]

Ahamd Bin Hanbal, berjalan sejauh 30 000 batu untuk mencari hadis. Menghafal sejuta atsar. Mewariskan 40 000 hadis dalam Musnad. Begitu juga dengan Jabir Bin Abdullah yang sanggup menempuh perjalanan selama sebulan ke Mesir semata mata mencari satu hadis. [2]

Jarak Palembang-Bandung, yaitu kota asal saya dan tempat saya kuliah masih tidak ada apa-apanya dibanding orang-orang besar di atas. Bahkan untuk zaman sekarang sudah ada kendaraan yang memfasilitasi untuk bisa berpergian dalam waktu yang singkat. Seharusnya tidak ada alasan untuk kita masih malas dan enggan untuk mencari ilmu di berbagai daerah. Bahkan untuk kategori Palembang-Bandung pun, ilmu yang saya dapatkan masih homogen karena masih dalam satu lingkup negara. Oleh karenanya ini saatnya saya dan kita menghacurkan limit untuk tidak hanya nyaman di zona tempat kita berada. We gotta break those limits dan mencoba mendapatkan ilmu-ilmu baru di negeri orang.

Sesiapa yang menjadikan kemuliaan sebagai cita citanya ,maka apa sahaja yang di jumpainya akan dicintainya.

Sesiapa yang memiliki cita cita yang membakar, jiwa yang teruja, usaha yang giat dan kesabaran yang berterusan, maka dia memenuhi kriteria orang yang ulung.

{Dr Abdullah Aid Al Qarni}

Namun hal tersebut harus juga diiringi dengan kegigihan akan kegagalan dan niat yang lurus. Untuk sekarang banyak kesempatan yang dapat membuat kita bisa menuntut ilmu di negeri orang, namun tentunya tidak segampang membalikan telapak tangan. Dibutuhkan kesabaran dan jatuh-bangun yang berulang yang pastinya akan sering kita rasakan. Niat semata-semata untuk mencari Ridha-Nya pun harus tertanamkan menjadi dasar dari setiap tujuan kita. Saat ini pun, saya di Jepang mencoba terus berdoa agar bisa benar-benar memiliki tujuan yang tulus, yaitu untuk berbagi pengalaman dan membawa kebermanfaatan dari ilmu yang saya dapatkan dari sini.

Enlarge Mindset, Raise your standard !

Ada seorang anak, si A, sejak SD hingga lulus SMA dia habiskan waktunya di sekolah negeri X yang mana kakak-kakak kelasnya kebanyakan melanjutkan ke Perguruan tinggi swasta atau melamar pekerjaan. Dengan terjebak dilingkungan seperti itu tentunya mindset dia juga akan terkurung dalam lingkaran setan seperti kakak kelasnya dan akhirnya memilih untuk melamar pekerjaan karena tidak memiliki uang untuk bisa melanjutkan ke PT Swasta.

Beda lagi seorang anak, si B, yang sejak SD hingga SMA, dia selalu masuk di sekolah-sekolah unggulan. Kakak-kakak kelasnya banyak yang menlanjutkan ke perguruan tinggi negeri atau bahkan mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Mindsetnya pun berkembang, saya harus bisa seperti kakak kelas saya dan bahkan melampauinya, karena lingkungan dan informasi yang dimiliki si B ini mendukung tumbuhnya pola pikir yang lebih besar, sehingga dia bisa jauh lebih unggul dari si A.

Dari kedua kisah tersebut saya hanya ingin mengambil kesimpulan bahwa standar orang terkait akan kesukesan bisa berbeda-beda, dan salah satu yang mempengaruhinya adalah lingkungannya. Dengan kalian berkunjung ke luar negeri dan bertemu para pelajar Indonesia yang mendapatkan beasiswa disana, pola pikir akan semakin berkembang, bahwa setidaknya saya harus menyamai atau bahkan melampaui mereka.

Dalam diri pribadi, saya benar-benar merasakannya keinginan saya untuk bisa melanjutkan studi S2 di luar negeri semakin besar, terutama di negera Jepang ini. Keinginan tersebut tidak sebesar ketika saya hanya mencari info-info beasiswa melalui internet. Dengan saya berbicara dengan mereka yang berhasil kuliah di Jepang dengan beasiswa, rasa untuk mengikutinya semakin besar. Disinilah Mindsetdan standar keberhasilan saya semakin meningkat. Mungkin jika saya tidak bertemu mereka saya masih setengah-setengah untuk melanjutkan S2 di Indonesia atau luar negeri. Namun, dengan bertemu mereka, saya merasa saya akan berusaha harus menuntut ilmu di tempat yang lebih atau setidaknya sama dengan mereka. My Standard is rising!

Oleh karenanya, cobalah untuk bisa merasakan atmosfere ini. Saya tidak menyatakan harus, tapi ini semata-mata hanya pemikiran pribadi dan ingin mengajak teman-teman pembaca untuk juga bisa merasakan seperti apa yang saya rasakan. Prespektif orang mungkin beda-beda, tapi setidaknya inilah prespektif saya. Saya akan berusaha menuntut ilmu kembali di luar negeri, guna mendapatkan pengetahuan baru yang lebih heterogen dan variatif guna bisa di bagikan kepada teman-teman saya di Indonesia.

Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.S Al Mujadalah: 11)

At Oka Tei House

At Oka Tei House

Yokohama, 19 Agustus 2012 
Muhammad Afif Izzatullah

Sumber 
[1] http://syaikhulislam.wordpress.com/
[2] http://halaqah.net/

ps: Kemungkinan JapanNote #2 saya akan lebih membahas salah satu pengetahuan yang saya dapatkan di Jepang dipadukan dengan pendapat pribadi saya, mengenai Nuclear Energy, InsyaAllah!

Berjuta Inspirasi dalam 5 Hari – Forum Indonesia Muda 12

“Pemuda Indonesia!”

“Aku, untuk, bangsaku!”

Sembari mengepalkan telapak tangan kanan di depan bahu kiri, ke bahu kanan dan ke atas menuju langit-langit!

Begitulah jargon utama dari Forum Indonesia Muda (FIM) 12 yang beberapa hari yang lalu baru saja saya ikuti. FIM 12 ini diadakan di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata (BUPERTA), Cibubur, Jakarta Timur, mulai dari tanggal 28 April hingga 2 Mei 2012. Sungguh 5 hari yang takan pernah terlupakan dalam hidup saya, yaitu bisa tergabung dalam keluarga besar dimana setiap anggota keluarganya adalah orang-orang yang peka dan peduli terhadap permasalahan bangsa.

FIM (Forum Indonesia Muda) adalah sebuah forum independen yang beranggotakan pemuda dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi maupun organisasi kepemudaan di Indonesia, dari Aceh sampai Papua, bahkan yang sedang berada di luar negeri. FIM dibentuk untuk menjadi sarana peningkatan kompetensi pemuda dan mahasiswa dalam rangka mempersiapkan pemimpin masa depan dan wahana silaturahmi antarpemuda dari berbagai latar belakang. Hingga saat ini, FIM sudah menaungi pemuda-pemudi dari seluruh nusantara hingga angkatan 12, dengan total 13 angkatan yaitu mulai dari FIM 1, FIM 2, hingga FIM 12 dan ditambah 1 angkatan FIM Rescue. (http://forumindonesiamuda.org/about-3/)

Untuk FIM 12, tema yang diangkat dalam pelatihan adalah mengenai character building yaitu dengan tagline khasnya #manakaraktermu. Materi dan pematerinya sungguh inspiratif yang bisa menggugah para peserta maupun panita untuk semakin bersemangat membentuk karakter pribadi dalam rangkaian kehidupan yang akan dijalani kedepannya. Namun, tambang inspirasi yang sesungguhnya bukan hanya bersumber dari pemateri saja, justru keberjalanan acara yang membawa kedekatan antar panita dan peserta-lah yang lebih memberikan hujan inspirasi bagi setiap individu yang tergabung didalamnya.

Saya pribadi jujur tidak merasakan gep sama sekali baik dengan panitia maupun teman 1 angkatan FIM 12. Oleh karena itu canda-gurau dan obrolan santai antar orang menjadi hal yang biasa di 5 hari pelatihan tersebut. Teman-teman yang paling dekat dan banyak memberikan inspirasi untuk saya adalah teman-teman satu asrama dan satu kelompok. Saat pelatihan, peserta laki-laki dibagi menjadi 2 asrama dan saya mendapatkan asrama Imam Bonjol.

Di asrama, hampir setiap waktu kosong kita gunakan untuk bertukar pikiran dan informasi dari asal kampus dan latar belakang masing-masing. Saya banyak sekali mengobrol dengan orang-orang hebat yang baru saya kenal kala itu. Ada yang baru turun jabatan dari presiden BEM universitas, sedang memegang amanah sebagai ketua BEM fakultas, inisiator dari suatu gerakan sosial, sedang berkuliah di luar negeri dan orang-orang dengan pikiran besar lainnya yang tercermin dari setiap kata yang terlontar dari mulutnya hingga bisa saya cerna dengan telinga dan otak saya.

Foto keluarga besar penghuni asrama Imam Bonjol #FIM12

Bertukar pikiran dalam nuasa kebersamaan dan kekeluargaan

Dari hasil obrolan singkat seperti itulah justru yang jika diakumulasikan mengalahkan ribuan inspirasi dari para pemateri. Diskusi masalah bangsa secara solutif, saling tukar pikiran mengenai politik kampus, membahas isu BBM sembari makan pagi, melempar gagasan untuk pilgub DKI nanti, hingga menceritakan pengalaman hidup masing-masing orang yang terkadang kocak namun mengandung nilai-nilai motivatif yang bisa diambil. Hal-hal inilah yang secara tidak langsung terkonversi menjadi bahan bakar bagi diri saya untuk terus maju kedepannya. Saya semakin yakin bahwa Indonesia bisa menjadi negara besar dan benar-benar merdeka di tangan para pemuda kelak.

Sungguh 5 hari yang luar biasa sepanjang hidup saya. Nuansa kekeluargaan kental yang tercipta, hingga Atmosfir positif yang sungguh menyelimuti seluruh rangkaian acara Forum Indonesia Muda 12 ini. Ingin rasanya terus marajut hari-hari positif dengan mereka hingga kita semua bosan satu sama lain dan bergairah untuk segera menyebarkannya ke adik-adik kita nanti.

Namun kita semua sadar bahwa 5 hari tersebut hanyalah sebagai batu loncatan untuk semakin melejit kedepannya. Diharap FIM 12 ini bisa menjadi amunisi bahan bakar untuk melaju di ranah dan wadah pengembangan diri kita masing-masing. Dengan bahan bakar jutaan inpirasi yang didapat selama 5 hari tersebut, kita semua siap menambah kecepatan di jalan masing-masing dengan satu garis finish yang akan menghubungkan kita semua. Yaitu garis keberhasilan dalam 1 keluarga yang akan membawa Indonesia menjadi negara besar yang mensejahterakan seluruh rakyatnya. Amiin!

Semangat setiap anggota keluarga FIM 12! Tunjukan karakter baik kita di setiap detik, menit, jam hingga setiap untaian rantai kehidupan! :D

Peserta FIM pada saat sesi penutupan

Future Leader Summit: Great Moment to Start Having Entrepreneurship Mindset

Past April, 22th I joined one of awesome event in Semarang, Undip exactly. The name of the event is Future Leader Summit. This event is such kinda summit moment that is gathering all of future leaders from some cities in Indonesia to make some project by given some knowledge before. There are so many project topics here, yet these future leader only can choose one of them that related with their passion. And I chose  “Business and Development” which is not caused because of my passion yet because the speakers are so inspiring for me. At that time Kak Mohammad Iqbal and Kang Goris Mustaqim.

In UNDIP

Conference Room

The simple rundown of this event is, first we had such a seminar with a keynote speaker, Iman Usman that truly motivated all of participants in order to make a change. Then, after the keynote speaker all of participant go to the each rooms they chose (room here means a place that one project topic be conducted, both seminar and the workshop project) and met with some people who had the same passion.

Since I chose business development I directly went to the location in the second floor of the building at that time. First time I entered the room, the atmosphere was truly different. All people ahead of my face at there such showed the aura of the real entrepreneur, Haha. Yet, even though it hears like a little exaggerating, I really feels (not an aura of course) that what made me deserve to enter this room compared with the other competence participants. I still have a little passion in entrepreneurship, and also I still have no more corporation that can be proud of. Yet I ensure myself, that it was not too important because I still have an aching wish to know more about the entrepreneurship.

Finally, after met with some of new friends from the other cities and listened the seminar from inspiring speaker kak Iqbal and Kang Goris.. I just recently realized the main important point of the entrepreneurship. Indonesia population growing extremely fast each years and the people that need the job are also increased coincide with a few job field available, final words causes the jobless. So here, collegian like me who has a little higher degree in the eyes of civilians has to be the main actor in the movement to go to better Indonesia. We are the main role to enlarge the job field in Indonesia. We are the ones who should increase the GDP of Indonesia. And we are the ones who must change the percentage of the Indonesia entrepreneur that in dawn couldn’t reach the number 1% to be the number more than 2%. Because, the number 2% is the minimal percentage in order to make Indonesia more independent at least in job sector.

Kang Goris explain about Indonesia and Entrepreneurship.

So here, I change all of my mindset especially the vision what I am going to be for the future. Although perhaps I will choose to work first to search the experience or continue my education to higher level first than go to entrepreneurship world, or directly to be entrepreneur after the graduation… but the main goal that I want to reach is still one that want to be the entrepreneur that gives the contribution for Indonesia and the world. So from this Future Leader Summit moment, I will start to dig more about the entrepreneurship knowledge and have the entrepreneurship mindset for the next of my life. InsyaAllah. :)

PS: Ohya, the matters and the knowledge I got from this FLS, insyaAllah I will share in my next posting. So keep it up. :)

Dear WordPress :D

Dear WordPress,

I truly in vacillation situation now, it hesitates me, that I’m happy or sad, even disappointed,  I don’t know at all. But what are you for be here WordPress. I really want to give utterance of my feelings to you, just wanna convince myself that I’m not broken now.  So WordPress, permit me, myself, phrases all of my feeling now to you, to comfort my heart and my mind.

First WordPress, you know, there was a very remarkable, mournful, and inscrutable moment happened tonight between me and a girl, very witty girl :D. But, I’m so sorry WordPress, I can’t tell you what is that. That was a very secretly unforgettable moment in my life, and I can’t share in here. Just let be mine and hers. However, let we forget about the moment. It will be better if we just talk about what I was feeling when the moment was happening and after.

At that night, I was really confused because the damn feeling that I was feeling in to her. I was not so sure:

Is this like other people said as LOVE ? –(:#$7*0@%$P<3)–

C’mon WordPress, don’t be so shock like that. I’m a male teenager, so it’s still normal if I feel l*ve. :P You know WordPress, I was deadly feel disturbed because this d*mn feeling to her. If I just let it flow without any movement, it would just torture myself by my own. I couldn’t concentrate when I started to study, I couldn’t do something normal cause she always obsessed inside of my mind. Really WordPress, if now I have DEATHNOTE, I will directly write her name in that book no doubt anymore. -,-!! I really want to kill her, (if I can) in order this d*mn feeling loses away from my mind. You know WordPress what I had already done that night to her. You really wanna know. Really?

Once again I really sorry WordPress, I can’t tell you what happened between me and her. I can’t tell you, what I have already done to make this d*mn feeling loses away and be very far away for my life. Like I said before let this moment be my reminiscence and unforgettable moment between I and her. Let be mine and hers. :D

But then WordPress, don’t worry because you aren’t satisfied with my story. Caused the second that I very want to share with you is:

Now I don’t feel the d*mn feeling like people said as LOVE anymore at all. I don’t LOVE her anymore like I did yesterday. It’s lost from my life NOW. Although I can’t forget her full, let the time will delete the rest.

I’m now just a SINGLE boy who still wants to find the meaning of life. And even, the one that very convinces me is, in ISLAM, my religion, there is no named “steady” or “pacaran” in its. So I’ll keep my faith as could as I can, I’ll be far away from that word.

Let God leads me to find my best pathway of life to reach happiness in this provisional world and hereafter

Now WordPress, what I have to do now is, reconstruct my mindset, what I am now, and what I will be tomorrow, without turn my face back to see past :D. I tell this to you WordPress without any conceited or other bad meaning but just solely to make myself relieved without any remorse at all. And I hope, I and other people who in seeking the best future, can understand the meaning of life is that. We can’t throw away the word “love” from “life”. But it just, how we control it in order that not plunged into misery or falling to deviate way.

I still can live without any girlfriend. I still can reach what I dream for my future. I can still do normal even better than if I have girlfriend. I can still think freshly without any annoyance feeling. And I can still BE PEOPLE without girlfriend. Since I still don’t know my destiny future, I don’t now when my destined hour is, I don’t know what I will be tomorrow. The only one that I can do is STRUGGLE and PRAY, ask to GOD to give me the best way in the world and hereafter. Because WordPress, if you wanna know:

The only one who can changes your life, is yourself.

The only one who can chooses what do you gonna be, is yourself

The only one who can decides how will your life next, is yourself

NO OTHER.

At the end WordPress, I very relieved, I can tell to you what my feeling now. From now I can do my activities in my life more tranquilly. So I decide and carve in my deepest heart:

NO LOVE ANYMORE, AT LEAST TILL I GOT MY DREAM UNIVERSITY— *

because:

—JUST I AM WHO CAN DECIDES HOW MY LIFE WILL BE—

*I erase this, caused I’m still confused and doubt with the word LOVE itself, huuh, God please shows me the best through my life :D